Kenapa kita membutuhkan struktur teks dalam cerpen? Apakah itu sangat penting dalam proses pembuatan cerpen? Bagi kamu yang masih awam dalam penulisan naskah cerpen sangat lah penting untuk mengetahui struktur teks cerpen. Dari macam macam struktur teks hingga contoh pembuatannya.
Untuk informasi penjelasan lengkapnya tentang pengertian struktur cerpen hingga kenapa kamu butuh struktur cerpen silahkan membaca sampai akhir.
Download Ebook Cara Membuat Novel Tembus Gramed GRATIS
Daftar Isi Artikel
Pengertian
Pada penulisan cerpen, penulis harus memperhatikan struktur teks cerpen. Apa itu struktur teks cerpen?
Struktur teks cerpen atau struktur cerpen adalah tahapan yang dilakukan untuk mengisi cerita dalam cerpen yang dibuat. Dengan kata lain, struktur teks cerpen adalah format yang membantu membentuk kisah pada cerpen itu sendiri.
Penulisan struktur cerpen ini berbentuk cerita atau tulisan pendek, yang nantinya dapat digabungkan menjadi sebuah cerpen.
Struktur teks cerpen terdiri dari beberapa poin. Namun sebenarnya tidak ada struktur cerpen yang tetap atau absolut dan harus dipakai dalam setiap proses pembuatan cerpen. Sehingga ada beberapa poin pada struktur teks cerpen yang bisa saja tidak perlu digunakan.
Struktur Teks Cerpen
Struktur teks cerpen dapat dibagi menjadi delapan poin penting, yaitu:
1. Abstrak
Abstrak merupakan gambaran umum secara keseluruhan tentang apa yang ada dalam cerita, yaitu situasi, peristiwa, dan berbagai unsur lainnya. Ide penulis yang masih kasar dan belum detail akan tertuang pada bagian abstrak ini. Pada cerpen, sebenarnya abstrak bersifat opsional atau tidak harus ada.
2. Orientasi
Bagian orientasi pada cerpen digunakan untuk menggambarkan dan memperkenalkan setting cerita. Pada bagian orientasi, maka diperkenalkan latar tempat, waktu, serta tokoh dan hubungan antartokoh dalam cerita.
Baca juga : 6+ Cara Membuat Konflik dalam Cerpen yang Menarik & Unik
3. Komplikasi
Komplikasi dapat disebut juga sebagai pemaparan masalah atau bagian di mana konflik pada cerita mulai muncul. Konflik yang muncul pada bagian komplikasi ini bisa berupa masalah, pertentangan, maupun kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh tokoh.
Pada bagian komplikasi juga penulis dapat memunculkan atau memperlihatkan watak pada tokoh, melalui konflik yang dialami oleh tokoh.
4. Pencapaian Konflik
Setelah berbagai masalah dan konflik dimunculkan pada bagian komplikasi, bagian selanjutnya adalah pencapaian konflik. Pada bagian ini adalah titik balik, yang membuat berbagai masalah yang dialami oleh tokoh akan semakin rumit dan pada akhirnya menjadi konflik yang lebih kompleks.
5. Klimaks
Masalah yang semakin rumit dan sudah mencapai titik balik kemudian akan mencapai batasnya pada bagian klimaks, atau yang sering juga disebut sebagai puncak konflik. Selain memperlihatkan masalah yang semakin mencapai batasnya, pada bagian klimaks juga akan memperlihatkan perubahan nasib tokoh utamanya, terutama tokoh dengan karakter protagonis dan antagonis.
Pada bagian ini biasanya akan memperlihatkan bahwa tokoh protagonis akan lebih berhasil dibandingkan dengan tokoh antagonis.
6. Evaluasi
Di bagian evaluasi, masalah yang sudah mencapai titik puncak konfliknya tadi akan mulai menemukan penyelesaiannya. Penyelesaian masalah yang ada pada bagian evaluasi ini belum terlihat seutuhnya, namun baru mulai disebutkan.
7. Resolusi
Jika pada bagian evaluasi, penyelesaian masalah baru disebutkan dan baru mulai terlihat, maka penyelesaian masalah secara utuh ada pada bagian resolusi. Bagian resolusi ini akan menerangkan dan menjelaskan pemecahan masalah secara detail, sehingga pembaca mengetahui solusi apa yang diambil oleh tokoh atas masalah yang dialaminya.
8. Koda
Koda merupakan bagian penutup dari struktur teks cerpen, yang berisi kesimpulan dari cerita dan pandangan penulis atas cerpen yang ditulisnya. Selain itu, koda juga dapat berisi pesan moral yang dapat diambil dari cerpen.
Namun tidak semua cerpen memiliki koda, tujuannya adalah agar pembaca dapat menyimpulkan sendiri kesimpulan dan nilai moral yang dapat diambil dari cerpen.
Contoh Struktur Teks Cerpen
Menuju Pulang
Cerpen Indrian Koto
Semakin jauh kau diseret perjalanan, semakin besar debar yang menimpamu. Matamu berpacu dengan laju. Di luar, dari kaca bis yang separuhnya dibiarkan terbuka –angin dan debu menerpa wajah dan kulitmu, menerbangkan anak-anak rambutmu- kau melihat segalanya begitu baru. Pohon-pohon manis yang tampak rindang, kampungkampung santun dengan penghuninya yang anggun, petak-petak sawah dan gunung, rumah-rumah yang dipisahkan badan jalan, jalanan mendaki dan tikungan tajam. Setiap melewatinya, setiap kali itu pula kau ingin mengulang dari awal. Lagi dan lagi.
Semakin jauh, semakin kau terseret warna baru. Segala yang tampak menjadi begitu akrab bagimu. Jalan kecil dan sempit, tikungan dan belokan, bukit dan jurang dalam, kampung, hamparan padang, sungai jernih dengan batu-batunya yang hitam-tajam, jembatan kayu, sawah dan taratak, pondok dan bukit yang terkungkung kabut putih. Kau merasa begitu mengakrabinya, begitu mengenalnya. Setiap tempat yang rasanya begitu manis kau rasa sebagai akhir perjalanan. Kau merasa semakin terikat di tempat ini.
Bis tetap melaju, matamu semakin kuat menyapu. Selalu ada yang indah, selalu ada yang mendebarkan.
Setiap itu pula, kau ingin seseorang yang ada di sampingmu terbangun dan berteriak pada sopir, “Kiri, Pir. Kiri!” sebagaimana teriakan penumpang yang hendak turun. Tapi tidak. Tempat-tempat yang kau rasa sebagai puncak perjalanan ini belum juga tiba. Kau berdebar, di tanah mana kiranya bis ini akan berhenti, pintu yang mana pula kiranya nanti akan kalian masuki? Setiap pintu, kau lihat, selalu terbuka. Seperti menampung siapa saja dan mempersilahkan dirimu masuk dan tenggelam di dalamnya.
Kau tak berani bertanya. Kau tak berani mengusik debar hatimu. Dia seolah ikut membiarkan dirimu larut dalam debar semacam itu.
Setiap simpang, setiap belokan kau harap sebagai pemberhentian terakhir. Bagian lain hatimu tetap penasaran, setelah ini, di balik jalan ini, tersimpan kejutan apalagi? Adakah yang baru setelah ini? U uh, perjalanan yang baru, selalu menyisakan debar dan kau yakin, kau tak akan begitu saja bisa melupakannya. Di tanah ini, segalanya serupa kekasih, serupa mantra yang membuatmu selalu merindukan apa pun, mengenang apa pun, dan mengajakmu selalu ingin pulang.
Tetapi bagaimana kalau seandainya benar-benar dia tertidur dan lupa akan tempat di mana seharusnya kalian berhenti? Dan itu bisa saja terjadi mengingat begitu lamanya ia tak lagi menjejak tanah ini.
Seperti membaca pikiranmu, ia menggeliat bangun. Membuka mata dan menatapmu. “Sampai di mana ini?”
Kau mengangkat bahu. Bagaimana kau tahu ini di mana, karena segala tempat benarbenar asing bagimu. Kau tak tahu bis sedang menuju ke mana. Kau tak sepenuhnya mengerti arah, meskipun kau tahu bis ini pasti mengarah ke Selatan. Tapi kau tak tahu di mana Taratak, di nama Lansano, di mana Surantih. Dan, sekarang, di antara laju kendara, kau tak tahu tempat apa yang sedang kalian lewati ini. Tak ada petunjuk yang mampu membuatmu paham ujung perjalanan. Satu-dua tempat memang memiliki papan mana yang kecil dan kelabu. Kau tak bisa menjadikannya sebagai petunjuk. Kalaupun terbaca Tarusan, Pasar Baru, Salido atau Pai nan, kau tak tahu itu ada di mana. Dan Lansano entah berada di titik sebelah mana pula pada bagian jalan ini.
“Ngantuk? Tidurlah.” Katanya setelah sesaat melirik ke luar jendela. Setelah itu ia meluruskan duduknya. Dari sikapnya, kau tahu, dalam sekejap dia sudah mengenali daerah yang sedang kalian lewati.
Kau mengurungkan pertanyaan, “masih jauh?” Kau tak ingin debarmu berhenti sampai di sini.
“Bagaimana perjalanannya? Cukup melelahkan bukan?”
Kau menanggapi dengan senyum. Kau melirik wajahnya yang seketika tampak cerah. Rasanya ia jauh lebih muda dari usianya yang sebenarnya.
(Penulis: Tyas Wening)