Biografi Darwis Triadi, Fotografer Legendaris dan Idealis

Biografi darwis triadi fotografer

Siapa sih yang gak kenal Dariwis Triadi? Beliau adalah sosok fotografer legendaris yang ada di Indonesia. Darwis telah melewati banyak sekali rintangan dan perjuangan hingga saat ini, yang akan bukunesia rangkum lengkap di dalam biografi Darwis Triadi ini.

Dari latar belakang siapa sosok darwis triadi ini hingga karya darwis triadi akan bukunesia jelaksan secara detail hingga kamu bisa meniru sosok beliau. Yuk simak lebih lengkapnya tentang biografi darwis triadi

Latar Belakang Darwis Triadi

Andreas Darwis Triadi lahir pada 15 Oktober 1954 di Kerten, Walet, Purwosari, Solo, Jawa Tengah. Ia adalah seorang seniman dan guru fotografi. Darwis adalah anak keempat dari pasangan Sumantri Brotosewoyo. Secara keseluruhan Darwis sendiri memiliki dua saudara laki-laki dan lima saudara perempuan.

Ayahanda dari Darwis, yaitu Sumantri Brotosewoyo adalah seorang anggota ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) berpangkat kolonel pada masa kepemimpinan Soekarno sebagai presiden Republik Indonesia. 

Pasca Orde lama, Sumantri terkena imbas dari huru-hara ketika terjadinya pegantian periode. Sumantri diberhentikan secara sepihak oleh kepemimpinan Orde Baru, hingga sempat menjadi tahanan politik tanpa pengadilan sebelumnya.

Pendidikan Darwis Triadi

Pada awalnya, Darwis tidak langsung terjun ke dalam dunia fotografi, akan tetapi ia menempuh pendidikan:

  • Profesi sebagai seorang pilot.
  • Seorang pelajar di LPPU (Lembaga Pendidikan Perhubungan Udara) Curug yang berada di Kabupaten Tangerang, Banten. 

Namun karena satu-dua alasan ia harus berhenti dari sekolah penerbangan tersebut. Lalu ia mencoba untuk kembali mengambil pendidikan:

Mau nulis buku biografi
  • penerbangan di FASI (Federasi Aero Sport Indonesia). Hingga Darwis secara akhirnya resmi memiliki Charter Pilot License.

Perjalanan Hidup Darwis Triadi

Ketika menjadi pilot, beberapa kali Darwis berkesempatan untuk mengantar fotografer. Dari sinilah keinginannya untuk menjadi seorang fotografer mulai muncul. Pada kesempatan itu, ia mencoba untuk mencari tahu lebih dalam terkait dasar-dasar fotografi.

Menjadi seorang pilot ternyata tidak sesuai dengan bayangannya selama itu. Meski dengan penentangan dari pihak keluarga, tetapi akhirnya ia memutuskan untuk berhenti. Kali ini mimpi yang ingin ditujunya adalah menjadi seorang fotografer, hal yang juga ditentang oleh keluarganya. Sebab, memang pada masa itu, fotografer hanya dikenal sebagai pekerja keliling yang menawarkan jasa memotret di tempat-tempat wisata.

Karir  Darwis Triadi

Sebelum memasuki dunia fotografi, Darwis sempat menggeluti banyak bidang. Hal ini ia lakukan karena ia tidak lagi mendapatkan penghasilan setelah memutuskan untuk berhenti dari dunia penerbangan.

1. Perfilman

Salah satu bidang yang Darwis geluti di dunia kesenian adalah dengan mengikuti casting sebagai aktor di sebuah film. Ia berhasil lolos dan akhirnya memainkan peran sebagai tokoh figuran seorang pilot dalam film Bulu-Bulu Cendrawasih (1978) garapan Rahadian Yamin. 

Pada kesempatan lain, sembari perlahan mempelajari fotografi secara autodidak, lingkaran pertemanan Darwis membuatnya terlibat dalam film berjudul Sekuntum Duri (1980). Film garapan Noorca M. Massardi itu melibatkan aktor popular pada masa itu, yaitu Lydia Kandou, Herman Felani, Dewi Irawan, dan masih banyak lagi.

2. Staf Modeling

Setelah keterlibatan Darwis dalam film pertamanya, ia bergabung dalam komunitas yang juga digawangi oleh Rahadian Yamin. Rahadian Yamin sendiri juga merupakan seorang seniman dalam bidang peraga dan perancang busana ternama di Indonesia.

Pada komunitas peragaan/modeling tersebut, Darwis melakukan segala hal yang ia bisa untuk menyambung hidup. Darwis sempat menjadi seorang pemilih lagu yang diputarkan saat acara, hingga penjaga keamanan para model. Dari segala hal yang ia lakukan, perlahan Darwis juga mulai mendalami ilmu fotografi, dengan meminjam kamera dari teman-temannya. Sesekali Darwis memotret para model di komunitasnya. Tak disangka hasil jepretan Darwis tenyata disukai oleh beberapa orang.

Darwis mendalami bidang fotografi tanpa ilmu formal sebelumnya. Hal ini membuat hasil karyanya banyak dikritik oleh para fotografer yang sudah lebih dulu berkarya. Namun hal ini tidak menciutkan tekadnya. Ia menitikberatkan eksperimentasi dan praktik dalam proses belajar fotografinya. Sehingga, hal ini membuat keunikan tersendiri pada karya-karyanya.

3. Sekolah Fotografi

Setelah berbagai pengalaman dan ilmu ia dapatkan dalam bidang fotografi, Darwis memutuskan untuk membagikan ilmu tersebut. Tepatnya pada tahun 2001, Darwis membuka sekolah fotografi yang bertempat di Jakarta Selatan dengan mengambil nama berdasarkan namanya sendiri, yaitu Darwis Triadi School of Photography di daerah Jakarta Selatan. Atas pencapaiannya pada waktu-waktu sebelumnya, Darwis telah memiliki nama yang cukup kuat sebagai fotografer, sehingga kredibilitasnya sebagai seorang guru sudah sangat mapan.

Sekolah fotografi yang dibangun Darwis tidak hanya dibuat sebagai ruang pembelajaran, akan tetapi juga membuat sebuah keluarga besar yang dibingkai oleh kecintaan terhadap fotografi. Dari sinilah Darwis sering dipanggil oleh murid dan stafnya dengan panggilan Babe, atau ayah dalam Bahasa Betawi.

Sebagai guru, Darwis tidak sungkan untuk duduk sejajar dengan para murid-muridnya di luar pembelajaran. Pembicaraan sering terjadi secara mengalir, baik pandangannya tentang perkembangan seni fotografi, maupun hal-hal yang seringkali terdengar sepele. Bukan hanya kepada murid, bahkan ia juga melayani tamu-tamu yang berkunjung. Hal ini membuat banyak orang mudah untuk menaruh rasa hormat kepadanya.

Karya Darwis Triadi

Seiring perjalanan berkaryanya, Darwis mendapatkan banyak ilmu dan pengaruh dari seniman lain, bahkan dari bidang seni di luar fotografi. Dalam hal ini, Darwis sering setengah berkelakar bahwa dirinya memang sangat menyukai seni lukis tetapi karena ia tidak bisa melukis, akhirnya ia menggeluti bidang fotografi. 

Meskipun hal itu sering dinyatakannya sambil tertawa ringan, tapi Kita bisa mendapatkan aksen-aksen atau objek-objek khas seni lukis yang terdapat dalam karya-karya fotografinya. Sementara itu, objek yang sering ditangkap oleh Darwis sendiri adalah figur perempuan dan juga alam.

Berbagai pameran individu telah digelar, serta berbagai penghargaan telah diterima oleh Darwis sebagai fotografer. Pameran pertamanya digelar di ERASMUS HUIS, pusat kebudayaan Belanda di Jakarta pada tahun 1981. Tiga tahun berselang, Darwis juga mengikuti pameran Fuji Film bertajuk “Wajah Indonesia” pada tahun 1984. 

Selain hal itu, Darwis pun memublikasikan karya-karya fotografinya dalam bentuk buku. Beberapa buku yang telah diterbitkan oleh Darwis berjudul Kembang Setaman: A Rite to Passage (1996), Terra Incognita Tropicale (2007), Secret Lighting (2011), Indonesia Photo – To Be Different (2014), dan masih banyak lagi. 

Berikut adalah hasil foto darwis triadi yang diambil dari instagram @darwis_triadi

Penghargaan Darwis Triadi

Setelah memperkuat ilmu dan memperbanyak karya, akhirnya  Darwis Triadi mendapatkan penghargaan berupa:

  • Gold Medal International Award
    Pada tahun 1982 Darwis mendapatkan penghargaan Gold Medal International Award dari Matsushita-Japan. Penghargaan ini merupakan penghargaan pertama Darwis di kancah internasional yang sekaligus membuat namanya dikenal oleh masyarakat dari berbagai negara. Hal ini akhirnya memantapkan Darwis untuk semakin memperdalam perannya sebagai seniman fotografi Indonesia.
  • HASSELBLAD INTERNATIONAL ANNUAL
    Pada tahun 1990, salah satu karyanya juga terpilih pada acara “HASSELBLAD INTERNATIONAL ANNUAL”. Sehingga karyanya dipamerkan di PHOTONIKA Kohln, Jerman.

Seiring berjalannya waktu, banyak penghargaan yang didapatkan oleh Darwis. Namun Darwis sendiri berpendapat bahwa ia tidak terlalu suka untuk membanggakan hal itu secara berlebihan. Ia lebih suka untuk melihat ke masa depan yang akan dibangunnya.

Sikap dan Pandangan Hidup

Pada tahun 2018, Darwis dipercaya oleh Presiden Republik Indonesia pada saat itu, yaitu Joko Widodo, untuk melakukan sesi fotografi kepresidenan secara resmi. Meskipun ia tidak terlibat dalam politik praktis, Darwis merupakan seniman yang kritis akan persoalan masyarakat. Pandangannya sering ia sampaikan secara langsung atau lewat media sosial.

Fotografi bagi Darwis bukanlah hanya sebatas profesi, akan tetapi menjadi jalan hidup, way of life. Meskipun ia telah mempelajari banyak teori, tetapi ia terus berusaha untuk membuktikan kebenaran atas teori tersebut, selain itu untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru. 

Darwis tidak selalu menggunakan pakem yang ada dalam fotografi, tetapi di saat yang sama ia juga sebenarnya tidak menyangkal pakem tersebut. Fotografi baginya bukan semata tentang menjalankan pakem yang telah ada, fotografi adalah kesan yang orang-orang rasakan ketika mereka melihat hasil gambarnya.

Prinsip yang sering disebut dan selama ini dipegang oleh Darwis adalah spirit, motivasi, dan mentalitas. Hal ini berlaku kepada semua orang pada bidang profesi apa pun. Sudah sepatutnya ketiga prinsip tersebut dipenuhi dalam berbagai profesi secara baik, tulus, dan ikhlas.

BUKU SANG GURU, DARWIS TRIADI Karya Atok Sugiarto

Dengan kisah hidup Darwis yang telah mengalami lika-liku sebagai legenda fotografer, dan pengalaman karya naskah dari Atok. Terciptalah sebuah mahakarya buku fotobiografi yang spektakuler. Buku ini sangat cocok buat semua kalangan apalagi kamu yang berkecimpung di dunia fotografi.

Beli Buku Sang Guru Jalani Hidup Mengabdi Profesi

"Jika kamu tidak mengenal Darwis Triadi, mungkin mainmu kurang jauh sebagai fotografer", baca buku karya Atok Sugiarto tentang Dedikasi Seorang Darwis Triadi Sang Legenda Fotografi Indonesia

MAU PANDUAN MENULIS BUKU FIKSI GRATIS?

Dapatkan secara gratis, ebook panduan menulis buku novel, buku biografi, buku fiksi dan non fiksi beserta dengan tipsnya di sini.