Mengetahui beragam genre yang ada dalam dunia perbukuan tidak hanya bermanfaat kepada para pembaca. Namun mengetahui berbagai macam genre juga bisa bermanfaat bagi para penulis. Sudah seharusnya penulis mengetahui genre naskah apa yang sedang ditulisnya. Selain melabeli naskah dalam genre tertentu, banyak fungsi lain yang dapat memudahkan penulis dalam proses penulisan, penerbitan, hingga penjualan buku.
Sebelum itu, mari kita kenali dulu apa itu genre. Kata “genre” berasal dari bahasa Prancis, yang kurang-lebih berarti “ragam”, “macam”, atau “jenis”. Pada hari ini, genre biasanya digunakan untuk membagi jenis-jenis karya, misalnya dalam dunia permusikan, perfilman, juga dalam hal ini perbukuan.
Sederhananya, genre bisa disematkan dalam sebuah karya sesuai dengan kategori yang paling umum hingga khusus. Dalam dunia perbukuan, penentuan genre didasarkan dari gaya, bentuk, dan isi konten. Di sini, satu karya bisa memiliki beberapa genre tergantung berdasarkan apa kita menilainya.
Penentuan genre dari sebuah karya kadang tumpang-tindih, bahkan menjadi perdebatan. Hal tersebut disebabkan salah satunya karena ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Dalam artikel ini, saya ingin menjelaskan tentang penerapan genre yang sering digunakan dalam dunia perbukuan pada hari ini.
Daftar Isi Artikel
Fungsi Mengetahui Genre
Genre dapat digunakan untuk menggolongkan satu buku dengan buku sejenisnya, baik berdasarkan gaya, bentuk, maupun isi konten. Penggolongan tersebut memudahkan pembaca untuk bisa memilih buku yang diinginkannya, sekaligus mengeliminasi buku yang tidak diinginkannya.
Sementara itu, pemahaman terkait genre juga bisa membantu penulis sedari proses penulisan hingga penjualan.
Dalam proses penulisan, penulis bisa menentukan terlebih dahulu, genre apa yang akan ia tulis. Dengan begitu naskah akan lebih terkonsep serta menghindari pembahasan yang melebar. Ketika penulis ingin membuat karya nonfiksi, maka penulis tidak boleh mereka-reka suatu kejadian seperti halnya dalam naskah fiksi.
1. Supaya Bayangan Tidak Terlalu Abstrak
Setiap kali kita menulis, setidaknya kita punya gambaran abstrak tentang rencana buku kita. Dengan menetapkan genre terlebih dahulu, kita bisa melakukan riset terhadap buku sejenis sebagai pembanding.
Akhirnya kita bisa mengetahui apakah pembahasan yang akan kita tulis sudah pernah dibahas di buku lain, atau kita bisa mempelajari pembahasan serupa dari buku lain, tentu saja bukan dengan cara memplagiasinya.
2. Bisa Mengombinasikan Beberapa Genre
Apakah kita bisa bereksperimen dengan menggabungkan berbagai jenis genre? Jawabannya bisa, akan tetapi kita harus tetap memadukannya secara utuh, misalnya kita menulis novel bergenre horor dan komedi, atau kita bisa menulis buku pengembangan diri dengan memadukan ilmu psikologi dengan agama. Hal utama yang perlu kita lakukan adalah harus menguasai setiap unsur genre tersebut sebelum memadukannya.
3. Proses Memilah dan Memilih Penerbit yang Tepat
Selain itu, kita juga bisa memilah penerbit dengan mempelajari genre-genre yang banyak diterbitkannya. Dalam mengirimkan naskah, kita tidak boleh asal memilih penerbit.
Misalnya, kita menghindari untuk mengajukan naskah berupa novel kepada penerbit yang banyak menerbitkan buku ajar. Contoh lain, genre dalam segi isi, kita juga bisa menghindari untuk mengajukan novel percintaan remaja kepada penerbit yang berbasis agama.
Sehingga, dengan memahami genre tulisan sendiri dan penerbit tujuan, kita bisa mengefisienkan waktu dalam proses pengajuan naskah. Adapun setelah mengajukan naskah kepada penerbit yang sesuai, kita tinggal menunggu penilaian dari pihak penerbit tentang kualitas naskah kita.
4. Memudahkan Menjual Buku
Ketika naskah telah diterbitkan, pemahaman tentang naskah yang kita tulis juga membantu untuk proses pemasaran buku. Meskipun beberapa penerbit menyediakan layanan publikasi buku, akan tetapi proses pemasaran secara pribadi pun tidak kalah penting. Kita bisa mengontak komunitas, instansi, atau kelompok lain yang sesuai dengan genre buku kita sendiri.
Jenis-jenis Genre
Dalam dunia perbukuan, terdapat banyak genre naskah yang sering digunakan. Memang belum ada pakem yang bisa digunakan oleh publik perbukuan secara selaras. Kadang setiap penerbit pun menetapkan genre dengan cara yang berbeda-beda. Untuk mempermudah pemahaman, kita bisa membagi genre dari gaya, bentuk, dan isi.
1. Genre Menurut Bentuk
Dalam segi bentuk, naskah dinilai dari cara memaparkan konten naskahnya, mulai dari pembagian bab, pembagian judul subbab, dan lain sebagainya.
Sebagai contoh, apa yang membedakan naskah antologi cerpen dengan naskah novel? Antologi cerpen berisi beberapa judul yang biasanya keseluruhan cerita tidak saling berhubungan dan yang paling penting adalah setiap judul dapat berdiri sendiri.
Sementara itu, novel ditulis secara berkaitan hingga akhir cerita. Sekalipun dalam novel bisa diberi judul pada setiap babnya, akan tetapi tetap saja antara satu bab dengan bab yang lain saling terikat.
Kalau kalian pernah dengar, beberapa tahun yang lalu, sempat ramai pembicaraan terkait novelet. Novelet sendiri merupakan bentuk novel yang lebih pendek dari novel pada umumnya, yaitu hanya sekira 17.500 kata sampai 40 ribu kata.
Kalian bisa menetapkan genre naskah yang kalian tulis dengan kaidah tersebut, selama kalian bisa mempertanggungjawabkannya. Ketika menulis naskah, jangan ragu untuk bertanya kepada orang-orang yang sudah berpengalaman atau mencari data lewat berbagai literatur.
Hal yang sama berlaku untuk naskah nonfiksi. Nonfiksi bisa ditulis dengan berbagai bentuk. Misalnya biografi, kumpulan esai, kumpulan opini, motivasi, pengembangan diri, dan lain sebagainya. Kesemua genre tersebut memiliki bentuk yang khas. Oleh karena itu, ketika hendak menulis, kita bisa mempelajari banyak buku, bukan hanya dari isinya, tetapi juga cara penulisan bentuknya.
2. Genre Menurut Gaya Penulisan
Dalam segi gaya penulisan, hal ini terkait dengan cara/teknik penulisan naskah. Misalnya, jika novel yang kita tulis menggunakan unsur plot twist yang kuat, maka hal ini juga bisa menentukan genre yang kita tulis. Contoh lain, jika kita menuliskan cerita dengan cara analogis, yaitu dengan menggunakan tokoh-tokoh binatang, maka umumnya naskah ini akan dinamakan sebagai fabel. Banyak contoh lain dalam menentukan genre naskah berdasarkan cara penulisan.
3. Genre Menurut Isi Naskah
Terakhir, dalam segi isi, berarti naskah tersebut dinilai berdasarkan isi konten atau pembahasannya. Misalnya novel thriller yang berisi banyak adegan menegangkan, novel horor yang menghadirkan sosok tak kasat mata, novel fantasi yang berisi dunia rekaan yang jauh berbeda dengan hal yang kita rasakan, novel romance yang berisi kisah percintaan dari dua tokoh atau lebih, dan masih banyak lagi.
Dalam naskah nonfiksi, kita juga bisa melihat banyak keragaman dalam satu genre. Misalnya naskah motivasi yang berdasarkan ilmu psikologi, atau bisa juga motivasi yang berdasarkan ilmu agama tertentu.
Contoh lainnya, misalnya kumpulan esai pun bisa dibagi dalam beberapa jenis, yaitu esai sastra, sosial, budaya, hukum, dan bidang ilmu spesifik lainnya.
Baca juga: 11 Genre Buku yang Perlu Diketahui Para Penulis
Menentukan Genre
Seperti yang telah saya tulis sebelumnya, dalam penetapan genre ini, tidak ada pakem yang pasti dalam penggunaannya di masyarakat.Namun setidaknya kita bisa menetapkan genre naskah kita terlebih dahulu, tentu saja dengan alasan-alasan yang bagi kita kuat.
Maka pertanyaan yang perlu dijawab dalam menentukan genre naskah kita sendiri ada tiga, yaitu:
- Bagaimana bentuk naskah? (Apakah ditulis perbab, tanpa bab, banyak subjudul, kumpulan karya, dll.)
- Bagaimana teknik penulisan naskah? (Unsur teknik apa yang dominan digunakan dalam naskah kita)
- Pembahasan apa yang diangkat dalam naskah? (Tema besar naskah kita sendiri)
Minimalnya, tiga pertanyaan itulah yang harus bisa kita jawab. Pengetahuan tentang naskah yang kita tulis akan memudahkan kita dalam menjelaskan kepada pihak penerbit atau calon pembaca. Hal ini akan memudahkan pihak lain untuk bisa menerima atau memberi saran terhadap naskah yang sedang atau telah kita tulis.
Penulis dan Editor: Adhimas Prasetyo