Nama Dee Lestari tentu dikenal banyak orang, terutama bagi para penggemar karya-karyanya. Wajahnya juga kerap wara-wiri di layar kaca karena karya dan sepak terjangnya di dunia seni. Tetapi, bagaimana sebenarnya sosok Dee Lestari dan bagaimana perjalanan hidupnya?
Di bawah ini akan dikupas tuntas bagaimana sepak terjang dan perjalanan hidup Dee Lestari.
Daftar Isi Artikel
Biodata Dee Lestari
Dee Lestari memiliki nama lengkap Dewi Lestari Simangunsong. Dewi Lestari atau yang akrab disapa Dee Lestari lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Ia merupakan seorang penulis dan penyanyi-penulis lagu asal Indonesia. Dee Lestari memulai kariernya sebagai salah satu anggota dari trio vokal Rida Sita Dewi.
Dee Lestari lahir sebagai anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Yohan Simangunsong dan Tiurlan br Siagian (alm). Darah seninya rupanya menurun dari kedua orang tuanya. Karena Dee Lestari tak hanya satu-satunya seniman di keluarganya, namun seluruh anggota keluarganya juga merupakan seniman.
Tiga saudara perempuan Dee Lestari juga aktif di bidang seni, meskipun para saudarinya tersebut tidak menjadi penulis. Kakak perempuan Dee Lestari yang bernama Key Mangunsong adalah seorang sutradara dan penulis skenario. Sementara itu, kakak perempuan keduanya, Imelda Rosalin adalah seorang pianis dan penyanyi jazz. Dan adik perempuannya, Arina Ephipania adalah seorang penyanyi dan merupakan vokalis grup musik Mocca.
Pendidikan Dee Lestari
Dee Lestari merupakan lulusan dari SDN SDN Banjarsari III Bandung. Ia kemudian melanjutkan pendidikan ke SMPN 2 Bandung, kemudian ke SMAN 2 Bandung dan Dee Lestari lulus tahun 1998 sebagai Sarjana Ilmu Politik dari FISIP Universitas Parahyangan Bandung jurusan Hubungan Internasional.
Perjalanan Awal Dee Lestari
Tak hanya sebagai penulis lagu, Dee Lestari terkenal akan karya-karya tulisannya atau bukunya. Banyak buku yang telah ia tulis. Dan rupanya, menulis merupakan hobi yang sudah ia lakoni sejak kecil, tepatnya sejak dirinya berusia 9 tahun. Saat umur tersebut, Dee Lestari sudah mulai berkhayal bahwa ia akan mengunjungi toko buku dan menemukan buku yang ia tulis sendiri.
Karena imajinasinya tersebut, ia kemudian membeli buku tulis dan mengisinya dengan penuh sembari membayangkan itulah buku pertama yang ia tulis. Awalnya, ia menulis cerita dengan judul Rumahku Indah Sekali yang bercerita tentang seorang gadis cilik bernama Fluegel yang mendamba kuda poni.
Saat menginjak bangku SMP, Dee Lestari mulai mencoba menulis cerpen remaja. Karyanya tersebut sempat dikirim ke majalah, namun tidak berhasil. Ia juga mengikuti beberapa kali perlombaan dan sempat frustasi mencoba jalur media karena apa yang ia tulis selalu kepanjangan atau kependekan dari kriteria yang diminta. Akhirnya, hobi menulis ia jalani diam-diam. Hanya menunjukkannya ke orang-orang terdekat.
Akhirnya ia mulai menulis dengan menggunakan laptop yang ia beli dari honor menyanyi yang ia kumpulkan. Buku yang ia tulis di awal kariernya adalah Perahu Kertas, Filosofi Kopi, dan Rico de Coro. Namun, buku-buku yang ditulis semasa kuliah tersebut baru diterbitkan sepuluh tahun kemudian.
Pada 1993, Dee Lestari tertarik mengikuti lomba menulis artikel. Namun ia kurang percaya diri sehingga menggunakan nama adiknya. Dan siapa sangka, dengan menggunakan nama adiknya tersebut ia malah memenangkan lomba tersebut. Setelah itu, Dee Lestari menunjukkan karya cerpennya yang berjudul Rico de Coro ke sahabatnya Hilman Hariwijaya penulis novel Lupus.
Karya Buku Dee Lestari
Oleh Hilman, ia menembuskan karya Dee Lestari ke majalah remaja Mode dan karya Dee Lestari saat itu mendapat sambutan hangat. Dee Lestari lalu semakin intens menulis dan pada tahun 2000, ia menulis sebuah manuskrip yang ia rasa layak menjadi buku pertamanya, yakni Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh (KPBJ).
Awalnya, ia tidak yakin naskahnya mampu menembus penerbit, ditambah lagi ada tenggat waktu yang harus dipenuhi. Tapi akhirnya, ia menerbitkan buku pertamanya di bawah label Truedee Books. Ia tak pernah membayangkan buku yang ditulisnya terjual bahkan laris di pasaran.
Hingga akhirnya pada bulan Januari 2001, Supernova KPBJ terbit, dan di luar dugaan memecahkan rekor buku terlaris dalam waktu singkat. Tujuh ribu buku habis dalam waktu 14 hari.
Berangkat dari Supernova, banyak buku dan karya yang kemudian ditulis oleh Dee Lestari. Berikut berbagai karya garapan Dee Lestari:
- Dee Lestari: Rantai Tak Putus – Bentang Pustaka, 2020
- Dee Lestari: Aroma Karsa – Bookslife, Bentang Pustaka, 2018
- Dee Lestari: Di Balik Tirai Aroma Karsa – Bookslife, Bentang Pustaka, 2018
- Dee Lestari: Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh– Truedee Books, 2001
- Dee Lestari: Supernova: Akar – Truedee Books, 2002
- Dee Lestari: Supernova: Petir – Truedee Books & Akoer, 2004
- Dee Lestari: Filosofi Kopi – Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade – Truedee Books & Gagas Media, 2006
- Dee Lestari: Rectoverso – Goodfaith Production, 2008
- Dee Lestari: Perahu Kertas – Bentang Pustaka, 2009
- Dee Lestari: Madre – Bentang Pustaka, 2011
- Dee Lestari: Supernova: Partikel – Bentang Pustaka, 2012
- Dee Lestari: Supernova: Gelombang – Bentang Pustaka, 2014
- Dee Lestari: Supernova: Inteligensi Embun Pagi, Bentang Pustaka, 2016
- Beberapa bukunya juga kemudian diadaptasi menjadi film dan screenplay di antaranya:
- Ben & Jody (2022) – Visinema
- Filosofi Kopi 2 (2017) – Visinema
- Filosofi Kopi (2015) – Visinema
- Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh (2014) – Soraya Intercine
- Madre (2013) – Mizan Production
- Rectoverso (2013) – Keana Production
- Perahu Kertas (2012) – Bentang Pictures, Starvision, Dapur Film
Perjalanan Karier Dee Lestari
Selain berkarier sebagai penulis, Dee Lestari juga berkarier di dunia musik. Ia sudah aktif dalam kegiatan vokal grup sejak bangku sekolah dasar. Bahkan, ia sempat tercatat menjadi anggota grup vokal Highlight Voices dan paduan suara Glorify Lord Ensemble di bawah pimpinan Daud Saba. Di Bandung, Dee juga pernah dilatih oleh para pelatih vokal seperti Erry RAF, Yoseph, Deden AZ, dan Elfa Secioria.
Setelah lulus SMA pada 1993, Dee Lestari mengawali karier musiknya menjadi penyanyi latar Iwa K bersama Sita, yang kemudian menjadi rekannya di grup Rida Sita Dewi. Selama 2 tahun menjadi penyanyi latar, ia juga sempat bekerja sama dengan berbagai penyanyi papan atas Indonesia, mulai dari Java Jive, Emerald, Padhyangan Project, Project Pop, Harvey Malaiholo, dan Chrisye.
Dee Lestari dan grupnya Rida Sita Dewi ini dimulai ketika dua produser Warna Musik Adi Adrian dan Adjie Soetama, berniat membentuk trio vokal perempuan. Sita yang memang sudah bernyanyi bersama Dee Lestari-lah yang mengajaknya bergabung. Disusul Rida yang direkomendasikan oleh Andre Hehanussa.
Di Bandung, mereka merekam demo lagu pertama mereka yang diciptakan oleh Andre Hehanussa dan Adjie Soetama berjudul Antara Kita yang mana album pertama Rida Sita Dewi (RSD), Antara Kita, dirilis pada tahun 1995. Lagu pertamanya yang masuk dapur rekaman adalah Satu Bintang Di Langit Kelam (1995) dan menjadi salah satu hits single Rida Sita Dewi. Lagu tersebut pernah dinyanyikan ulang oleh vokalis Chandra Satria.
Lagu hits Dee Lestari yang selanjutnya adalah Firasat yang dibawakan oleh Marcell yang saat itu menjadi pasangannya. Selanjutnya, lagu Firasat dinyanyikan ulang oleh Raisa untuk OST film Rectoverso. Kemudian pada tahun 2006, Dee mengeluarkan album pertamanya yang berbahasa Inggris bertajuk Out of Shell dengan single Simply.
Tahun 2008, sebagai bagian dari karya hibrida buku dan musiknya, Dee mengeluarkan album Rectoverso dengan single antara lain: Malaikat Juga Tahu, Peluk (duet bersama Aqi Alexa), dan Aku Ada (duet bersama Arina Mocca). Ketika Rectoverso difilmkan, Glenn Fredly menyanyikan ulang Malaikat Juga Tahu.
Dee Lestari kembali terlibat di dunia musik ketika bukunya diadaptasi menjadi film yaitu dari buku Perahu Kertas. Dua single OST film tersebut yakni Perahu Kertas dan Tahu Diri, dipopulerkan oleh Maudy Ayunda. Di album yang sama, Dee juga menulis Dua Manusia (Dendy), Langit Amat Indah (Rida Sita Dewi), A New World (Nadya Fatira).
Semasa karier musiknya, Dee Lestari juga banyak berkolaborasi dengan penulis lirik. Mulai dari Yovie Widianto, Kahitna, Adjie Soetama, hingga Noah. Dan pada 2016, Dee kembali menulis single untuk Raisa berjudul Kali Kedua.
Kapan Mulai Menulis Buku?
Dee Lestari mulai menulis pada tahun 1993. Saat itu, ia mengawali kariernya menulis dengan mengikuti lomba menulis artikel yang diadakan majalah Gadis. Ia kemudian mulai menulis beberapa tulisan yang baru diterbitkan lebih dari 10 tahun kemudian di antaranya Perahu Kertas, Filosofi Kopi, Rico de Coro.
Dee Lestari mulai menulis sebuah manuskrip yang ia rasa layak menjadi buku pertamanya, yakni Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh (KPBJ) pada tahun 2000 dan diterbitkan di bawah label Truedee Books. Buku pertamanya tersebut memecahkan rekor buku terlaris dalam waktu singkat. Tujuh ribu buku habis dalam waktu 14 hari.
Melihat berbagai karya dan kegigihan Dee Lestari dalam menulis buku, tentu menjadi semangat para penulis baru. Dan jika Anda memiliki passion yang sama dengan Dee Lestari, tak ada salahnya Anda mulai menulis dan juga menerbitkan buku. Salah satu jalan dalam menerbitkan buku adalah memilih penerbit terpercaya.
Penerbit Bukunesia menjadi salah satu penerbit yang bisa jadi pilihan Anda karena nantinya karya Anda akan diterbitkan bahkan dibantu selama proses editing hingga distribusi. Jika Anda tertarik, Anda bisa mengunjungi menerbitkan buku.
Baca juga biografi para tokoh terkenal lainnya di Indonesia yang punya buku sendiri pada kolom biografi tokoh. Sebab, kebanyakan tokoh menulis buku sebagai warisan masa depan anak dan cucu bangsa.