Leila S. Chudori adalah salah satu nama besar dalam dunia sastra Indonesia. Sebagai seorang penulis, Leila dikenal dengan gaya penulisan khas yang didasarkan pada riset mendalam sehingga tak heran banyak pembaca yang mengapresiasi dan mengagumi karyanya.
Salah satu karya Leila terpopuler adalah Laut Bercerita, sebuah mahakarya yang berhasil membuka wawasan pembaca tentang sejarah Indonesia. Apakah kamu mau tahu lebih lanjut soal biografi Leila S. Chudori? Yuk, kita selami perjalanan hidup penulis tersohor ini dalam uraian di bawah!
Daftar Isi Artikel
Biodata Leila S. Chudori
Leila Salikha Chudori lahir pada 12 Desember 1962. Ia adalah putri dari Mohammad Chudori, seorang wartawan yang bekerja di Kantor Berita Antara dan The Jakarta Post.
Ayahnya memiliki pengaruh besar dalam membentuk karakter dan pemikirannya, terutama dalam hal kecintaan terhadap tanah air. Sejak kecil, Leila punya kebiasaan membaca koran dan membahas peristiwa dunia.
Leila mulai menulis sejak kecil. Pada usia 12 tahun, ia telah mengirimkan cerpen ke berbagai majalah anak seperti Si Kuncung, Hai, dan Kawanku. Sejak saat itu, kecintaannya terhadap dunia menulis semakin berkembang dan terus ia tekuni hingga dewasa.
Riwayat Pendidikan
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Indonesia, Leila mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di Lester B. Pearson College of the Pacific di Victoria, Kanada, pada tahun 1982.
Ia kemudian melanjutkan studinya di Universitas Trent dengan jurusan Ilmu Politik dan Studi Pembangunan Komparatif. Setelah menghabiskan enam tahun di luar negeri, ia akhirnya kembali ke Indonesia untuk melanjutkan kariernya.
Riwayat Karier
Sekembalinya ke Indonesia, Leila bergabung dengan majalah Tempo pada tahun 1989 sebagai wartawan. Selama menjadi jurnalis, ia mendapat kesempatan untuk mewawancarai berbagai tokoh penting dunia.
Leila pernah mewawancarai H.B. Jassin, Bill Morrison, Paul Wolfowitz, Yasser Arafat, Cory Aquino, Robert Mugabe, hingga Nelson Mandela. Bahkan, ia juga menjadi salah satu dari sebelas perempuan Indonesia yang berkesempatan makan siang bersama Lady Diana.
Selain menulis untuk media, cerpen-cerpen Leila juga diterbitkan di berbagai majalah sastra seperti Horison, Kompas Minggu, Sinar Harapan, Zaman, dan Matra. Karya-karya tersebut kemudian dikompilasi dalam bentuk kumpulan cerpen.
Karyanya tidak hanya diterbitkan di media lokal, tetapi juga dalam jurnal sastra internasional seperti Solidarity (Filipina), Menagerie (Indonesia), dan Tenggara (Malaysia). Salah satu karyanya bahkan pernah dianalisis dalam jurnal sastra oleh kritikus Tinneke Hellwig dalam artikel Leila S. Chudori and Women in Contemporary Fiction Writing.
Seluruh cerpen yang tersebar di berbagai media dikumpulkan olehnya, lalu dijadikan buku berjudul Malam Terakhir. Buku ini diterbitkan oleh Pustaka Grafiti pada 1989, kemudian diterbitkan kembali oleh Gramedia di tahun 2009.
Tak cuma berkarya dalam bentuk tulisan, Leila juga aktif di dunia skenario dan teater. Ia menulis skenario drama televisi Dunia Tanpa Koma (2006) dan pementasan teater Drupadi (2009).
Gaya berceritanya yang intelektual dan puitis banyak dipengaruhi oleh penulis dunia seperti Franz Kafka, Dostoyevski, D.H. Lawrence, dan James Joyce, serta kisah klasik dari Baratayuda dan Ramayana.
Karya-Karya Leila S. Chudori
Kegemaran Leila terhadap proses menulis sudah tumbuh sejak usianya masih belia. Pada usia 11 tahun, ia telah menerbitkan karya pertamanya, yaitu cerpen berjudul Pesan Sebatang Pohon Pisang. Tulisan ini dimuat di majalah anak-anak Si Kuncung pada 1973.
Setelahnya, Leila terus menulis dan mengirimkan karya-karyanya ke sejumlah majalah remaja yang ada pada saat itu. Misalnya majalah Kawanku, Hai, dan Gadis.
Tak cuma itu, Leila juga membuat beberapa buku kumpulan cerpen semasa remaja. Di antaranya Sebuah Kejutan, Seputih Hati Andra, Empat Pemuda Kecil. Selain menulis cerpen, Leila juga menggarap cerita bersambung.
Kini, karyanya lebih banyak diwarnai oleh tema sosial, politik, dan sejarah. Beberapa karya lainnya dari Leila S. Chudori yang telah terbit hingga kini meliputi:
• Kelopak-kelopak yang Berguguran (1984)
- Malam Terakhir: Kumpulan Cerpen (1989, diterbitkan ulang oleh Penerbit KPG pada 2009)
- Menagerie 2 (Editor) (1993)
- Bahasa! Kumpulan Tulisan di Majalah Tempo (2008)
- 9 dari Nadira (2009)
- Pulang (2012)
- Laut Bercerita (2017)
- Namaku Alam: Jilid 1 (2023)
- Mang Eak (2024)
Sebagai seorang penulis yang karyanya dihargai secara luas, beberapa novel dan cerpen Leila telah diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Novel Laut Bercerita diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John H. McGlynn dengan tajuk The Sea Speaks His Name. Kumpulan cerpen Malam Terakhir juga telah diterjemahkan ke bahasa Jerman dengan judul Die Letzte Nacht oleh Horlemann Verlag.
Baca juga: Biografi Poppi Pertiwi, Penulis Novel Galaxy
Ringkasan Novel Pulang
Novel Pulang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris (Home), Prancis (Retour), Belanda (Naar Huis), Jerman (Heimkehr nach Jakarta), dan Italia (Ritorno a Casa). Novel ini juga memenangkan Prosa Terbaik Khatulistiwa Award 2013 dan masuk dalam daftar 75 Notable Translations of 2016 oleh World Literature Today.
Novel Pulang memuat tema yang cukup relevan dengan realitas sejarah di Indonesia. Singkatnya, novel ini mengisahkan perjalanan hidup dua generasi, Dimas Suryo dan putrinya, Lintang Utara.
Dimas Suryo merupakan seorang eksil politik yang terpaksa menetap di Paris bersama teman-temannya setelah paspor mereka dicabut oleh pemerintah Indonesia pasca-Tragedi 1965. Selama bertahun-tahun, mereka hidup dalam ketidakpastian tanpa bisa kembali ke tanah air.
Pada tahun 1998, Lintang Utara akhirnya berkesempatan untuk mengunjungi Indonesia. Kedatangannya bukan hanya untuk memahami masa lalu ayahnya, tetapi juga untuk mengungkap sejarah kelam yang menimpa ribuan orang pada peristiwa 30 September 1965.
Novel ini menggambarkan konflik politik, drama keluarga, persahabatan, cinta, dan pengkhianatan dengan latar sejarah yang kuat. Ada tiga peristiwa besar yang diungkit. Di antaranya adalah Gerakan 30 September 1965 di Indonesia, Revolusi Mei 1968 di Prancis, dan Reformasi 1998 di Indonesia.
Dengan ketebalan 449 halaman, novel ini terbagi menjadi tiga bagian utama: Dimas Suryo, Lintang Utara, dan Segara Alam, serta diakhiri dengan epilog yang mengikat seluruh kisah. Novel ini layak ditilik oleh para penikmat sejarah.
Demikian biografi Leila S. Chudori yang perlu Anda pahami. Jika ingin menjadi penulis sepertinya, pastikan untuk konsisten menulis dan menerbitkan karya Anda di Bukunesia yang menawarkan banyak keuntungan.
Referensi:
- https://www.gramedia.com/blog/profil-leila-s-chudori-buku-bukunya-karier-menulis/
- https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/tokoh-detail/3354/leila-s.-chudori
- https://www.telkomsel.com/jelajah/jelajah-lifestyle/mengenal-leila-s-chudori-biodata-dan-buku-bukunya
- https://narasi.tv/read/narasi-daily/profil-leila-s-chudori
- https://en.wikipedia.org/wiki/Leila_Chudori