Dalam sebuah cerita, penulisan dialog berbeda dengan penulisan deskripsi cerita lainnya. Untuk membedakan yang mana dialog dan yang mana yang bukan dialog, tentu Anda harus memahami bagaimana cara menulis dialog yang benar. Agar tak salah dalam memahami dialog dan tepat dalam menulis dialog, berikut akan dijelaskan mengenai penulisan dialog yang benar.
Daftar Isi Artikel
Dialog dalam Cerita Merupakan
Sebelum mengetahui cara menulis dialog yang benar, Anda harus memahami dulu apa itu dialog. Dialog dalam cerita merupakan percakapan antara dua tokoh atau lebih. Di dalam sebuah cerita, terutama di dalam teks drama, harus terdapat teks dialog yang mana isinya mengenai perbincangan tokoh yang satu dengan tokoh lainnya.
Dialog dalam cerita memiliki fungsi sebagai wadah bagi pengarang atau penulis agar dapat menyampaikan informasi atau ide utama atau menjelaskan fakta yang terjadi di dalam alur sebuah cerita. Selain itu, dialog juga menjadi wadah bagi pembaca untuk dapat lebih mudah menangkap informasi, ide, dan kejelasan fakta di dalam cerita.
Dialog juga dapat diartikan sebagai percakapan antarpelaku cerita yang mana berisi atau mengungkapkan mengenai berbagai hal atau berbagai peristiwa yang diceritakan atau dikisahkan di dalam cerita tersebut.
Mengapa Cerita Harus Ada Dialognya?
Bukan hanya sekadar menyampaikan informasi saja, suatu cerita membutuhkan dialog agar cerita tersebut lebih hidup dan dapat dirasakan pembaca. Hal ini karena dialog di dalam cerita sangat berperan untuk menggambarkan bagaimana watak para tokoh di dalam cerita. Tak hanya itu, dialog juga dapat mengembangkan plot dan menjelaskan isi cerita kepada para pembacanya.
Adanya dialog di dalam suatu cerita juga memberikan isyarat mengenai terjadinya suatu peristiwa yang mendahuluinya dan bagaimana isyarat mengenai suatu peristiwa yang akan datang di alur selanjutnya. Selain itu, dialog juga menjadi tempat untuk menyampaikan komentar di dalam cerita atau menjelaskan detail cerita.
Sehingga, dialog ini sangatlah penting di dalam sebuah cerita agar cerita tersebut lebih mudah dipahami dan juga dimengerti oleh pembaca.
Cara Menulis Dialog yang Benar dan Contoh
Agar dapat mencapai fungsi dan manfaat dialog di dalam cerita, penulis cerita harus membuat dialog dengan benar. Berikut ini akan dijelaskan mengenai cara menulis dialog yang benar, lengkap dengan contohnya.
1. Penggunaan Tanda Koma (,) di Akhir Dialog
Hal yang harus diperhatikan saat membuat dialog atau menulis dialog adalah menggunakan tanda koma di akhir dialog. Ini biasanya digunakan pada dialog tag. Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog, yang fungsinya menyampaikan informasi kepada pembaca. Selain itu, dialog tag juga biasa digunakan untuk mengungkapkan sesuatu.
Dialog tag diawali dengan huruf kecil dan tanda petik, dan ditandai dengan beberapa kata andalan, misalnya: ungkap, sambung, jelas, kata, ujar, dan lain sebagainya. Berikut adalah contoh yang salah dan benar dalam penulisan atau penggunaan tanda koma di akhir dialog.
Contoh Benar: “Aku yang membuang sampah sembarangan,” ungkap Joni.
Contoh Salah: “Aku yang membuang sampah sembarangan.” Ungkap Joni.
Perbedaan dari dua kalimat tersebut adalah tanda bacanya. Seharusnya, menggunakan tanda baca koma (,) yang kemudian disusul menggunakan huruf kecil.
2. Penggunaan Tanda Koma (,), Titik (.), dan Seru (!) pada Akhir Kalimat
Penggunaan tanda seru (!) dan tanda tanya (?) pada akhir kalimat dialog seharusnya diletakkan sebelum tanda petik tutup, bukan sesudahnya. Contohnya adalah sebagai berikut:
Contoh Benar: “Paman besok akan berkunjung ke Medan,” kata Ayah.
Contoh Salah: “Paman besok akan berkunjung ke Medan”, kata Ayah.
Kalimat kedua salah, karena tanda baca koma seharusnya berada sebelum petik tutup. Selain itu, posisinya pun jadi tidak beraturan.
Contoh lain: “Apakah kau suka padanya?” Sembari mengedipkan mata.
Huruf awal setelah petik tutup ditulis menggunakan huruf kapital karena dianggap beda kalimat. ‘Sembari mengedipkan mata’ dianggap sebagai kalimat baru.
Meski demikian, harus diperhatikan jika setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru biasanya narasinya diawali menggunakan huruf kecil.
3. Tanda Elipsis atau Titik Tiga (…)
Tanda elipsis ini biasanya digunakan untuk memberikan jeda pada suatu dialog.
Misalnya: “Oh… jadi kamu benar-benar datang malam itu?”
Anda juga harus memerhatikan bagaimana teknik penggunaannya. Karena perlu diketahui, saat menggunakan elipsis pada sebuah dialog, harus ada jeda di dalam dialog tersebut. Yang perlu diperhatikan lagi adalah sebelum menggunakan tanda elipsis, awali dengan spasi terlebih dahulu.
Setelah penggunaan elipsis juga harus diberi spasi lagi, kemudian baru dimulai dengan kata selanjutnya. Kata baru setelah tanda elipsis seharusnya adalah menggunakan huruf awal kecil. Contohnya seperti ini:
Contoh 1: “Jangan datang ke sini lagi. Tolong….”
Contoh 2: “Jangan datang ke sini lagi. Tolong…” pinta Putri.
Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka tambahkan 1 titik seperti contoh 1. Lalu mengapa elipsis ini hanya ada tiga jumlah titik? Alasannya karena tiga titik pertama disebut sebagai elipsis dan satu titik lagi merupakan tanda baca. Namun jika masih ada narasi di belakangnya, gunakan tiga titik yang mana tidak ada tambahan titik di akhir.
4. Tanda en dash (—) dalam Dialog
Tanda baca ini biasanya digunakan untuk dialog yang terpotong atau terputus-putus. Misalnya adalah:
Contoh 1: “Bu—bukankah seharusnya kamu sudah naik kereta?”
Contoh 2: “Mana mung—” (terpotong karena seseorang langsung menjawab).
5. Penggunaan Kata ‘kan’
Contoh: “Dia itu yang tadi pagi datang ke sini, kan?”
Cara meletakkan kata ‘kan’ ini kerap ditemui dalam penulisan di beberapa cerita. Sebelum penulisan ‘kan’, biasanya diawali dengan tanda koma (,). Seperti halnya sebelum menulis kata ‘Nak’ pada contoh: “Ibu berangkat dulu ya, Nak.”
Nak dalam kalimat ini menggunakan huruf kapital karena merupakan panggilan pengganti untuk seorang anak.
6. Nama Panggilan dalam Dialog
Contoh 1: “Ayah bisa berangkat bersama Paman nanti sore,” ucapku kepada ayah yang tertinggal jadwal kereta
Contoh 2: “Nanti sore, ayahmu bisa berangkat bersamaku,” kata paman menawarkan bantuan padaku.
Kedua kalimat ini ada perbedaan dalam penulisan ayah. Ayah yang diawali dengan huruf kapital karena sang ayah terlibat dalam percakapan. Sementara ayah yang diawali dengan huruf kecil karena ayah tersebut tidak terlibat di dalam percakapan.
Penggunaan Tanda Baca Dialog yang Benar
1. Tanda Baca Titik di Akhir Dialog
Contoh Benar: “Aku berangkat malam nanti dengan kawanku.”
Contoh Salah: “Aku berangkat malam nanti dengan kawanku”.
Tanda baca titik yang tepat ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.
Apabila diiringi narasi, maka jadi seperti ini:
Contoh Benar: “Aku berangkat malam nanti dengan kawanku.” Kataku kepada kakak.
Contoh Salah: “Aku berangkat malam nanti dengan kawanku.” kataku kepada kakak.
2. Penulisan Tanda Kutip pada Dialog
- Menggunakan huruf kapital pada huruf pertama kata pertama: “Ibu mau ke mana?”
- Menggunakan koma untuk memisahkan kutipan langsung: “Lusi bertanya, “Di mana bukuku? Aku harus mengembalikannya segera.”
- Tidak menggunakan tanda koma jika siapa yang berbicara ada di belakang dan didahului tanda seru atau tanda tanya: “Aku sudah tak mau lagi bertemu!” teriak Yohan kepada Lita.
- Menggunakan koma jika siapa yang berbicara di belakang kutipan dan tidak ada tanda baca seru atau tanda tanya: “Aku ingin bertemu denganmu,” ungkap Rani kepada adiknya.
- Tidak perlu menggunakan koma jika tidak ada unsur siapa yang berbicara: “Aku memang tak bisa memasak.” Tyas merenung. “Tapi setidaknya aku bisa menjaga anak-anak.
- Menggunakan koma jika siapa yang berbicara diapit dengan bagian pembicaraannya: “Aku memang tidak bisa memasak,” Tyas berkata sembari merenung, “tapi setidaknya aku bisa menjaga anak-anak.”
Itu saja yang bisa Saya jelaskan terkait kepenulisan dialog dan tanda bacanya yang benar dalam sebuah teks cerita. semoga bermanfaat dan naskah cerita Anda segera selesai, biar bisa diterbitkan di Penerbit Bukunesia (Cynthia Paramitha).