Konflik pada Karya Fiksi dan Jenisnya

Konflik pada Karya Fiksi: Pengertian, Jenis dan Perkembangannya

Siapa yang mengaku ingin jadi seorang sastrawan atau seorang penulis fiksi? Ternyata menulis karya fiksi itu tidak sekedar menuliskan imajinasi yang ada di pikiran kita saja loh. Tetapi juga harus memperhatikan Konflik pada karya fiksi. 

Konflik dalam karya fiksi dapat diartikan sebagai nyawa yang menentukan karya fiksi kamu lebih hidup atau datar-datar saja. Maka tidak heran jika kamu belajar tentang karya fiksi, konflik dalam karya lebih penting, karena sebagai pewarna. 

Berbicara tentang konflik, ternyata ada beberapa jenis konflik pada karya fiksi yang akan kita ulas pada kesempatan kali ini. Namun sebelum mengulas lebih dalam, kita intip pengertian konflik itu apa. untuk informasi lebih lengkapnya, kita simak ulasannya sebagai berikut. 

Pengertian Konflik pada Karya Fiksi

Ada yang menarik saat saya kursus tentang copywriting beberapa tahun lalu.  Konflik karya fiksi unsur yang paling penting. Secara sederhana, saya mendefinisikan konflik sebagai impresi yang sengaja diciptakan oleh si penulis. Tujuan memunculkan impresi ini adalah melahirkan emosi perasaan pembaca, penonton atau penikmat karya fiksi itu sendiri. 

baca juga Pengertian, Manfaat dan Alur Karya Fiksi

Berbicara tentang emosi itu sendiri, bentuknya ada beragam. Emosi yang ditonjolkan dalam karya fiksi bisa menonjolkan emosi positif, emosi negatif, emosi haru, emosi gundah dan masih banyak perasaan yang dapat dimunculkan. 

Emosi yang dimunculkan inilah yang nantinya mampu melahirkan reaksi perasaan pada penikmatnya. Tentu saja reaksi dari penikmat satu dengan yang lain berbeda-beda, tergantung dari pengalaman, perspektif, dan pengetahuan si penikmat. Lantas, apa sih pengertian konflik menurut pakar berikut? Sebagai berikut. 

Mau nulis buku biografi

1. Wellek dan Warren 

Menurut Wellek dan Warren konflik adalah sesuatu hal yang dramatis, dimana dramatisasi mengacu pada aksi dan balasan aksi. Disebutkan bahwa konflik dapat terjadi karena terjadi kesepakatan bersama yang diatur sedemikian. Konflik dapat pula terjadi karena ada kesepakatan ego satu dengan ego yang lain. 

2. Suyati 

Sementara Suyati mengartikan konflik karya sastra sebagai bagian dari cerita yang bersumber pada kehidupan yang kemudian penikmatnya merasakan perasaan emosional. 

3. Nurgiyanto 

Konflik merupakan sebuah peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Dimana peristiwa tersebut memiliki kekuatan untuk memicu peristiwa lain. Menurut Nurgiyantoro, dalam karya fiksi memiliki dua bentuk peristiwa, yaitu peristiwa fisik dan peristiwa batin.

Itulah beberapa pengertian konflik menurut para ahli. Setelah mengintip pengertian konflik menurut para ahli, belum afdol rasanya jika kita tidak membahas jenis konflik pada karya fiksi. Yuks, langsung kita simak ulasanya berikut.

Jenis-jenis Konflik pada Karya Fiksi

Jenis konflik pada karya fiksi ternyata dibagi menjadi tiga, yaitu konflik psikologis, konflik sosial dan konflik alamiah. Untuk mengetahui lebih lengkapnya, kita simak uraiannya berikut ini. 

1. Konflik Psikologis

Jadi yang dimaksud dengan konflik psikologis adalah terjadinya situasi tidak wajar di dalam hati, jiwa dan pikiran seseorang. Jika terjadi konflik psikologis secara terus menerus dan diri sendiri tidak dapat menangani konflik tersebut, dapat menimbulkan stress. Sebaliknya, jika secara psikologi orang tersebut dewasa dan matang, maka konflik akan menjadi pelajaran hidup. 

Kembali berbicara tentang konflik psikologis. Setiap orang memiliki pandangannya sendiri. Diantaranya pendapat beberapa pakar berikut. 

Gerungan 

Gerungan mengatakan bahwa konflik psikologis sebagai konflik internal yang mengganggu hati dan jiwa seseorang. 

Surakmat 

Berbeda dengan pendapat Surakhmad yang mendefinisikan bahwa konflik psikologis terjadi akibat terjadinya motif yang muncul pada waktu bersamaan, sehingga menyebabkan benturan dan konflik. 

KBBI 

Sementara KBBI mendefinisikan konflik psikologis sebagai pertentangan yang ditimbulkan oleh gagasan, keinginan yang bertentangan untuk menguasai diri, sehingga dapat mempengaruhi tingkah laku.

Sementara jika ditinjau berdasarkan faktor penyebab timbulnya konflik psikologis, ada beberapa hal yang mempengaruhi. 

a. Faktor personal

Faktor personal adalah faktor yang muncul dari diri sendiri. Umumnya ada dua dorongan lagi di dalam faktor personal, yaitu faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. 

b. Faktor Situasional 

Faktor situasional adalah faktor yang muncul dari orang lain atau dari orang di luar diri sendiri. Adapun faktor situasional ini, yaitu dipengaruhi oleh faktor ekologis, faktor desain dan arsitektur, faktor temporal, faktor suasana perilaku, faktor sosial, faktor teknologi, faktor psikososial, faktor stimuli mendorong dan memperteguh perilaku, dan faktor budaya.

2. Konflik Sosial

Jenis konflik pada karya fiksi yang kedua adalah konflik sosial. Dikatakan sebagai konflik sosial karena terjadi pertentangan yang diakibatkan oleh kontak sosial, dalam hal ini adala manusia dengan manusia. Tidak dapat dipungkiri, dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Begitupun dalam karya faksi, pasti di dalamnya berisi tentang interaksi dengan orang lain, yang sama-sama memiliki konflik sosial ini. 

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya konflik sosial, diantaranya adalah karena terjadi ketidaksesuaian pendirian, perbedaan budaya masyarakat, perbedaan kasta/kondisi ekonomi dan faktor perbedaan kepentingan. 

Buat kamu yang ingin membuat konflik sosial di dalam karya fiksi, kamu bisa mendesain konflik sosial berdasarkan karakteristiknya. 

a. Konflik laten 

Berdasarkan karakteristiknya, konflik laten bersifat tertutup, dan sudah mengakar di masyarakat. Misalnya, tanggapan negara luar terhadap indonesia, sebagai negara muslim. Padahal, di dalamnya ada juga yang beragama kristen, protestan, hindu, dan buda. 

b. Konflik terbuka 

Sementara yang dimaksud dengan konflik terbuka adalah konflik yang sudah ada dan diketahui oleh masyarakat secara umum. Contoh yang akhir-akhir ini sering kita temui, yaitu berita hoax yang muncul di media sosial, sehingga memicu konflik sesama netizen yang pro dan kontra. 

Berdasarkan dua karakteristik konflik sosial di atas dapat kamu gunakan untuk membangunkan emosi pembaca terhadap karya fiksi yang hendak kamu angkat. Tentu saja kamu juga harus berhati-hati saat memutuskan akan menciptakan sebuah konflik. 

Misalnya, akan menonjolkan karakteristik konflik tentang perbedaan keyakinan, maka kamu memiliki dasar dan analisa yang kuat. Kamu harus membuat penokohan pro dan kontra yang benar-benar matang. Seperti kita tahu bawa tema-tema seperti itu adalah tema sensitif. 

c. Konflik Alamiah

Jenis konflik pada karya fiksi yang terakhir adalah konflik alamiah. Konflik alamiah disebut juga dengan physical or elemental conflict. Jadi dikatakan sebagai konflik alamiah muncul karena si tokoh tidak dapat menguasai dan memanfaatkan kondisi alam yang ada. Akibat ketidakmampuan dalam mengelola dan memanfaatkan inilah yang dapat menyebabkan kekacauan tatanan ekosistem alam. Nah, buat kamu yang memiliki passion membuat cerita tentang bencana alam, konflik alama ini sangat cocok. 

Misalnya kamu membuat karya fiksi banjir bandang, yang menewaskan si tokoh. Kemudian di dalam cerita tersebut menceritakan kilas balik kebiasaan masyarakat yang sering membuang sampah sembarangan, menebang pohon sembarangan dan masih banyak lagi yang bisa kamu kembangkan. Karya fiksi yang sukses, pasti akan mengobrak-abrik hati pembaca, sekaligus karya memiliki pesan moral agar lebih berhati-hati dalam memanfaatkan sumber daya alam.

Perkembangan Konflik pada Karya Fiksi

Setela mempelajari tentang jenis konflik pada karya fiksi, kamu juga wajib mengetahui perkembangan konflik itu bagaimana dan seperti apa. Perkembangan konflik yang akan kita bahas kali ini ada dua yang paling mendasar, yaitu komplikasi dan klimaks. Berikut ulasannya. 

1. Komplikasi

Komplikasi adalah urutan peristiwa yang saling berkaitan satu sama lain. Dapat pula diartikan sebagai urutan peristiwa yang menimbulkan sebab akibat. Nah di tahap inilah karya fiksi yang kamu buat mencapai di titik kerumitan permasalahan yang diciptakan. Karena seolah permasalahan menumpuk dan susah terpecahkan.

Komplikasi dapat pula diartikan sebagai intrik-intrik awal yang akan bermanifestasi menjadi sebuah konflik. Intrik-intrik di sini bisa dari masalah kecil. Misal kesalahpahaman, kelalaian, kecerobohan dan masih banyak lagi intrik. Jadi buat kamu yang bingung bagaimana membuat intrik-intrik, kamu cukup mencari permasalahan yang sifatnya ringan, namun dapat menimbulkan permasalahan yang cukup fatal.

2. Klimaks

Sementara yang dimaksud dengan klimaks adalah permasalahan berada di titik paling puncak. Setelah konflik paling puncak, akan masuk ke bagian proses penyelesaian. Dimana karya fiksi yang dibuat mulai menunjukan jalan keluar atau solusi.

Klimaks dapat pula diartikan sebagai puncak dari konflik dari sebuah karya. Dimana klimaks adalah titik ketegangan paling tinggi. Setelah tercapai klimaks masalah, akan masuk ke tahap penyelesaian masalah, kesimpulan cerita dan resolusi. Sementara si tokoh utama pun akhirnya menemukan solusi atau tujuannya.

Umumnya, klimaks berupa peristiwa yang spektakuler. Dimana permasalahan dan peristiwa yang diciptakan dari klimaks utama umumnya sulit dikenali, akibat konflik-konflik subordinatnya pun memiliki klimaks-klimaks juga.

Perkembangan konflik itu sendiri jika dibuat dalam bentuk gambar, akan membentuk kurva segitiga. DImana komplikasi berada sisi kiri hampir paling puncak dari kurva. Sementara klimaks berada di puncak paling tinggi. Jika dilihat dalam bentuk gambar akan terlihat sebagai berikut. 

Jika dilihat gambar di atas, maka dapat dilihat bahwa sebelum mencapai di titik komplikasi terdapat eksposisi, instabilitas dan awal konflik.  

3. Eksposisi 

Jadi yang dimaksud dengan eksposisi adalah adalah memaparkan permasalahan cerita. Nah cerita yang dipaparkan ini lah yang merupakan fungsi primer yang memiliki kaitannya dengan cerita selanjutnya. 

4. Instabilitas 

Sedangkan yang disebut dengan instabilitas adalah keputusan akhir yang dibuat oleh si pengarang. Di bagian ini lebih menekankan pada peristiwa yang dialami oleh si tokoh utama. Maksud peristiwa yang dimaksud di sini adalah peristiwa yang merupakan mata rantai bagi peristiwa-peristiwa yang berkausalitas.

5. Konfliks 

Sementara pengertian konflik, dapat dilihat di “pengertian konflik” bagian awal paragraf tadi. 

Itulah beberapa jenis konflik pada karya fiksi dan perkembangan konflik yang penting banget kamu ketahui. Semoga sedikit ulasan ini memberikan gambaran dan kemudahan buat kamu memulai menulis karya fiksi.

Semoga sedikit ulasan tentang alur cerita dari Bukunesia tidak hanya memberikan wawasan dan pengetahuan tentang dunia tulis menulis. Tetapi juga memotivasi kamu agar fokus untuk berani menulis.

Penulis: Irukawa Elisa

MAU PANDUAN MENULIS BUKU FIKSI GRATIS?

Dapatkan secara gratis, ebook panduan menulis buku novel, buku biografi, buku fiksi dan non fiksi beserta dengan tipsnya di sini.