Dalam dunia penulisan, memahami perbedaan diksi dan gaya bahasa adalah fondasi penting agar tulisan terasa lebih terarah, hidup, dan mudah dipahami.
Banyak penulis pemula mengira keduanya sama, padahal diksi berkaitan dengan ketepatan memilih kata, sementara gaya bahasa berhubungan dengan cara merangkai kata tersebut agar menciptakan suasana dan efek emosional tertentu.
Keduanya bekerja saling melengkapi. Diksi memastikan pesan tersampaikan dengan tepat, dan gaya bahasa memastikan pesan itu terasa lebih menarik dan berkesan bagi pembaca.
Ketika penulis mampu membedakan fungsi keduanya, proses menulis jadi jauh lebih efektif dan terarah. Diksi membantu menjaga otentikasi si penulis, sedangkan gaya bahasa menghadirkan warna, ritme, dan karakter dalam tulisan.
Perpaduan keduanya membuat teks bukan hanya informatif, tetapi juga enak dibaca dan punya daya pikat yang kuat. Memahami perbedaan diksi dan gaya bahasa inilah yang akhirnya membantu penulis menghasilkan karya yang lebih matang, komunikatif, dan penuh nilai estetika.
Daftar Isi Artikel
Apa Itu Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang digunakan penulis untuk menyampaikan gagasan secara tepat, efektif, dan sesuai konteks. Melalui diksi, penulis menentukan kata mana yang paling pas untuk mewakili makna, suasana, dan pesan yang ingin disampaikan.
Pilihan kata yang tepat bisa membuat tulisan terasa jelas, kuat, dan mudah dipahami, sementara diksi yang kurang tepat bisa membuat makna kabur atau terasa kurang komunikatif. Karena itu, penguasaan diksi menjadi dasar penting dalam keterampilan menulis.
Selain berfungsi sebagai penentu kejelasan makna, diksi juga mempengaruhi karakter tulisan. Penggunaan kata formal atau nonformal, kata konkret atau abstrak, hingga kata dengan nuansa emosional tertentu dapat membentuk gaya komunikasi penulis.
Dengan memahami diksi secara baik, penulis dapat menyusun kalimat yang lebih efektif, menarik, dan sesuai dengan kebutuhan pembaca.
Apa Itu Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara penulis menyampaikan pesan melalui pilihan struktur kalimat, nada, dan permainan kata yang mampu membangun suasana tertentu dalam tulisan. Ia membuat kalimat biasa terasa lebih hidup, ekspresif, dan punya daya pikat emosional.
Dengan gaya bahasa, sebuah teks tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga memberi pengalaman membaca yang lebih kuat, baik melalui metafora, ironi, repetisi, maupun unsur retoris lainnya.
Selain menambah keindahan, gaya bahasa juga membantu pembaca memahami maksud penulis secara lebih mendalam. Efek estetis yang tercipta dari gaya bahasa sering kali menjadi ciri khas seorang penulis, membuat tulisannya mudah dikenali.
Karena itu, memahami gaya bahasa penting bagi siapa pun yang ingin menulis secara lebih komunikatif, menarik, dan menyentuh pembacanya.
Baca Juga: Macam-Macam Gaya Bahasa yang Wajib Diketahui Penulis
7 Perbedaan Diksi dan Gaya Bahasa
Dalam dunia kepenulisan, diksi dan gaya bahasa sering dianggap sama, padahal keduanya memiliki peran yang sangat berbeda dalam membangun karakter sebuah tulisan.
Diksi berfokus pada pemilihan kata yang tepat, sedangkan gaya bahasa adalah cara penulis merangkai kata itu agar pesan terasa hidup, punya ritme, dan menciptakan kesan tertentu.
Memahami 7 perbedaan diksi dan gaya bahasa membantu penulis menghasilkan tulisan yang lebih efektif, menarik, dan punya daya pikat emosional.
1. Fungsi Utama Sebagai Ketepatan vs Keindahan
Diksi digunakan untuk memastikan kata yang dipilih tepat menggambarkan makna yang dimaksud. Misalnya penggunaan kata “mengonsumsi” lebih tepat secara formal dibanding “makan” dalam konteks akademik.
Sedangkan gaya bahasa berfungsi memperindah dan menghidupkan tulisan, seperti penggunaan metafora atau personifikasi untuk memberi warna pada kalimat.
2. Fokus Utama Makna Kata vs Cara Penyampaian
Diksi menitikberatkan pada makna kata yang paling pas, baik dari segi makna dasar maupun makna kias.
Sebaliknya, gaya bahasa fokus pada cara penyampaian ide agar terasa lebih ekspresif, emosional, atau persuasif. Dua penulis bisa memakai diksi yang sama, tetapi gaya bahasanya membuat hasil tulisannya terasa berbeda.
3. Keterkaitan dengan Konteks: Situasi vs Suasana
Pemilihan diksi tidak bisa dilepaskan dari konteks situasi karena setiap situasi menuntut pilihan kata yang berbeda. Dalam tulisan akademik, misalnya, penulis perlu menggunakan diksi formal yang tepat dan baku. Sebaliknya, pada tulisan santai atau percakapan, pilihan kata cenderung lebih ringan dan komunikatif.
Sementara itu, gaya bahasa berfokus pada suasana yang ingin dihadirkan, bukan sekadar situasinya. Penulis dapat menggunakan metafora, ironi, atau personifikasi untuk membangun suasana haru, lucu, dramatis, atau kritis. Dengan memahami hubungan antara situasi dan suasana, penulis bisa menyampaikan pesan secara lebih efektif dan emosional sekaligus tetap sesuai konteks.
4. Struktur dalam Kalimat
Diksi bekerja pada tingkat kata yang berdiri sendiri. Penulis memilih kata paling tepat untuk menggambarkan objek, tindakan, atau gagasan agar maknanya jelas dan tidak menimbulkan ambiguitas.
Gaya bahasa, sebaliknya, berperan pada struktur kalimat secara menyeluruh. Cara kata-kata tersebut dirangkai, ritme kalimat, penggunaan repetisi, paralelisme, atau ironi dapat menciptakan efek tertentu yang memperkuat pesan.
Dengan kata lain, diksi membangun dasar makna, sedangkan gaya bahasa membangun alur dan keindahan tulisan. Ketika keduanya dipadukan secara harmonis, hasilnya adalah kalimat yang bukan hanya akurat secara makna, tetapi juga menarik secara estetika dan emosional.
5. Tujuan Akhir Diksi dan Gaya Bahasa
Diksi bertujuan membuat pesan menjadi jelas dan mudah dipahami pembaca.
Gaya bahasa lebih menekankan kesan atau pengalaman membaca yang ingin dirasakan pembaca. Tulisan yang jelas tapi tanpa gaya bahasa bisa terasa datar, sedangkan tulisan dengan gaya bahasa yang kuat dapat meninggalkan kesan sentimen.
Baca Juga:
- Cara Menentukan Gaya Bahasa Dalam Cerpen
- Membahas 4 Gaya Bahasa Cerpen Disertai dengan Contoh Konkrit
6. Kebergantungan pada Kreativitas
Pemilihan diksi biasanya terikat pada aturan bahasa yang baku, seperti kaidah EYD, ketepatan makna, dan kesesuaian konteks. Karena itu, ruang kreativitas pada diksi cenderung lebih terbatas dan harus tetap menjaga kejelasan pesan.
Berbeda dengan diksi, gaya bahasa memberi kebebasan yang jauh lebih luas bagi penulis untuk bereksperimen. Penulis dapat memainkan metafora, hiperbola, sinekdoke, ironi, atau perangkat retoris lainnya untuk menciptakan kesan estetis yang kuat.
Melalui gaya bahasa, kreativitas penulis dapat muncul lebih leluasa sehingga tulisan tidak hanya informatif, tetapi juga memiliki sentuhan seni yang membuatnya lebih hidup dan berkesan.
7. Pengaruh terhadap Ciri Khas Penulis
Diksi membantu penulis memilih bahasa yang sesuai kebutuhan tulisan. Namun gaya bahasa yang memberi identitas unik seorang penulis, membuat tulisannya mudah dikenali.
Dua penulis bisa memakai diksi yang sama, tetapi gaya bahasa yang berbeda menghasilkan karakter tulisan yang sepenuhnya berbeda.
Itulah 7 perbedaan diksi dan gaya bahasa membuat penulis lebih mudah menyusun teks yang informatif sekaligus menarik.
Diksi menjaga ketepatan makna, sementara gaya bahasa menghadirkan pengalaman membaca yang lebih kaya. Ketika keduanya dipadukan dengan baik, tulisan menjadi lebih kuat secara struktur dan estetika.
Masih penasaran dengan berbagai pertanyaan lainnya, yuk simak beberapa point berikut ini ya!
Diksi dalam puisi adalah pilihan kata yang digunakan penyair untuk menyampaikan makna, suasana, dan pesan tertentu. Pemilihan kata ini berpengaruh besar terhadap kekuatan emosi dan keindahan puisi.
Fungsinya untuk memperjelas makna, membangun imajinasi, serta menghadirkan nuansa emosional yang ingin disampaikan penyair. Diksi yang tepat membuat puisi lebih hidup dan menyentuh pembaca.
Gaya bahasa mencakup berbagai bentuk, seperti metafora, hiperbola, personifikasi, simile, ironi, dan lainnya. Setiap jenis digunakan untuk memperindah kalimat serta memperkuat makna.
Gaya bahasa membantu menciptakan suasana, membangun karakter, dan menambah kedalaman cerita. Penggunaannya membuat narasi lebih ekspresif, menarik, dan mudah diingat pembaca.
Semoga artikel dari Bukunesia ini bermanfaat sebagai panduan memahami perbedaan diksi dan gaya bahasa, serta memotivasi kamu untuk terus meningkatkan kualitas penulisan.
Referensi
Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Semi, Atar. 1993. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.

