Bagaimana sih cara menulis dialog dalam novel? Dialog merupakan salah satu elemen penting dalam novel yang berperan besar dalam sebuah karya sastra. Lewat dialog, penulis dapat membangun alur, menghidupkan karakter, serta memperjelas detail cerita.
Selain itu, dialog juga bisa memberikan petunjuk mengenai kejadian yang telah atau akan terjadi dalam cerita. Karena itulah, para penulis perlu memahami cara menulis dialog dalam novel dengan baik dan efektif.
Daftar Isi Artikel
Cara Menulis Dialog dalam Novel
Dalam dunia sastra, dialog digunakan untuk menggambarkan situasi yang sedang berlangsung dalam cerita.
Dialog dapat berbentuk percakapan antara dua orang, seorang tokoh dengan kelompok, seorang tokoh dengan dirinya sendiri (monolog), atau bahkan tokoh yang berbicara dengan makhluk non-manusia seperti hewan atau entitas imajiner.
Penulisan dialog harus mengikuti kaidah bahasa yang benar agar mudah dipahami pembaca. Salah satu bentuk yang paling umum adalah penggunaan kalimat langsung yang ditandai dengan tanda petik sebagai pembuka dan penutup percakapan.
Hal ini dapat Anda temukan dalam berbagai karya sastra seperti novel dan cerpen.
Contoh Dialog dalam Novel
Agar dialog dalam novel terasa alami dan efektif, terdapat beberapa aturan cara menulis dialog dalam novel yang perlu Anda perhatikan dalam penulisannya, yaitu:
1. Penggunaan Tanda Koma (,) di Akhir Dialog
Ketika dialog diikuti oleh dialog tag (keterangan siapa yang berbicara), maka sebelum tanda petik tutup harus digunakan tanda koma, bukan titik.
Contoh:
- Benar: “Aku yang membuang sampah sembarangan,” ungkap Joni.
- Salah: “Aku yang membuang sampah sembarangan.” Ungkap Joni.
Namun, jika setelah dialog tidak ada dialog tag, maka tanda koma tidak diperlukan, cukup dengan tanda titik atau tanda baca lain yang sesuai.
2. Penggunaan Tanda Koma (,), Titik (.), dan Seru (!) dalam Dialog
Tanda baca memiliki aturan tertentu dalam dialog. Tanda koma, tanda seru, atau tanda tanya harus ditempatkan sebelum tanda petik tutup.
Contoh:
- Benar: “Bibi besok akan singgah ke Jakarta,” kata Ayah.
- Salah: “Bibi besok akan singgah ke Jakarta”, kata Ayah.
Tanda tanya atau seru tetap dipertahankan sesuai kebutuhan. Apabila dialog berakhir dengan tanda baca seperti tanda seru (!) atau tanda tanya (?), maka tidak perlu menambahkan koma lagi.
Contoh:
- “Apakah kau suka makanannya?” tanya Rina.
3. Penggunaan Tanda Elipsis atau Titik Tiga (…)
Tanda elipsis digunakan untuk memberikan jeda dalam dialog atau menunjukkan bahwa kalimat belum selesai. Tanda ini berguna untuk menciptakan ketegangan atau menggambarkan suasana emosional yang mendalam.
Contoh:
- “Oh… jadi kamu benar-benar datang malam itu?”
- “Jangan datang ke sini lagi. Tolong…” pinta Putri.
4. Tanda En Dash (—) dalam Dialog
Tanda en dash digunakan untuk menunjukkan dialog yang terpotong atau disela oleh sesuatu. Tanda ini membantu menciptakan kesan interupsi yang lebih alami dalam percakapan.
Contoh:
- “Bu—bukankah seharusnya kamu sudah naik kereta?”
- “Mana mung—”
5. Penggunaan Kata ‘kan’ dalam Dialog
Dalam percakapan sehari-hari, kata ‘kan’ sering digunakan untuk menegaskan pernyataan. Dalam penulisan dialog, kata ini biasanya diawali dengan tanda koma.
Contoh:
- “Buku itu sudah kamu baca, kan?”
- “Ibu berangkat dulu ya, Nak.”
6. Nama Panggilan dalam Dialog
Jika dalam dialog terdapat nama panggilan atau sapaan, aturan penulisan harus Anda perhatikan.
Contoh:
- “Ibu dan Ayah pergi menjemput kerabat,” ucapku kepada Sinta.
- “Nanti malam, nenekmu akan berkunjung ke rumah,” Ibu mengingatkan.
Cara Menulis Dialog Batin dalam Novel
Dialog batin atau monolog internal adalah pikiran tokoh yang tidak diucapkan secara lisan. Penulisan dialog batin dalam novel belum diatur secara spesifik dalam PUEBI, sehingga ada beberapa gaya yang digunakan oleh para penulis, di antaranya:
- Menggunakan huruf miring: Jangan-jangan, dia pelakunya. Tampaknya, dia punya motif yang kuat.
- Menggunakan tanda petik: “Jangan-jangan, dia pelakunya,” pikirku. “Tampaknya, dia punya motif yang kuat.”
Tips Menghidupkan Dialog dalam Novel
Setelah tahu cara menulis dialog dalam novel, Anda perlu memperhatikan pemilihan gaya penulisan dialog. Agar dialog dalam novel terasa hidup dan lebih berpengaruh terhadap pembaca, berikut 3 tips yang bisa diterapkan.
1. Memilih Kata dan Kalimat yang Tepat
Dialog harus relevan dengan konteks cerita dan memperkuat karakter tokoh dalam novel. Hindari dialog yang terlalu formal jika karakter yang berbicara adalah anak-anak atau remaja.
- Kurang efektif: Danu curiga dengan beberapa orang yang datang ke pemakaman ayahnya.
- Lebih efektif: Beberapa orang yang datang ke pemakaman ayah Danu, ketika jenazah masih belum dimakamkan, terlihat begitu mencurigakan bagi Danu.
2. Menggunakan Kalimat Langsung
Kalimat langsung membantu menghadirkan suasana yang lebih nyata dibandingkan kalimat tidak langsung. Percakapan menjadi lebih hidup dibanding kalimat tidak langsung.
- Kalimat tidak langsung: Dia berkata bahwa dia tidak ingin pergi ke pesta malam itu.
- Kalimat langsung: “Aku enggan pergi ke pesta malam ini,” katanya.
3. Menyesuaikan Gaya Bicara dengan Karakter
Setiap tokoh dalam novel memiliki latar belakang dan kepribadian yang berbeda. Oleh karena itu, gaya bicara dalam dialog harus sesuai dengan karakter masing-masing.
Tokoh tua yang bijak mungkin berbicara dengan lebih tenang dan penuh makna. Sementara tokoh remaja cenderung berbicara lebih santai dan menggunakan bahasa gaul.
Dengan menerapkan aturan cara menulis dialog dalam novel dan tips ini, dialog dalam novel akan terasa lebih hidup, alami, dan efektif dalam mengembangkan cerita serta karakter. Dialog yang baik dapat menarik pembaca lebih dalam ke dalam dunia yang diciptakan oleh penulis.