Sering kali kita belajar tentang puisi dan karya sastra lainnya, tetapi banyak yang belum tau puisi elegi. Apa itu puisi elegi? Berikut ini pengertian puisi elegi, ciri-ciri dan jenisnya yang akan dibahas disini.
Karya menjadi suatu media bagi seorang seniman untuk mengungkapkan isi hati, baik itu kebahagiaan, keresahan, ketakutan, dan sebagainya. Salah satu jenis karya yang juga sering dipakai untuk tujuan ini adalah puisi.
Puisi elegi sudah mulai dikenal sejak lama dan masih eksis sampai sekarang. Puisi ini memang sangat menonjol dengan ciri khasnya yang menyampaikan suatu kesedihan. Sering juga disebut dengan istilah elegi saja oleh para penyair dan masyarakat luas. Elegi ini kemudian menarik untuk dikenal lebih dalam, khususnya bagi pecinta puisi.
Daftar Isi Artikel
Pengertian Puisi Elegi
Secara etimologi, elegi berasal dari kata elegeia yang merupakan bahasa Yunani. Artinya adalah meratapi atau bersedih hati. Puisi elegi sendiri adalah suatu karya sastra berupa puisi pada umumnya yang berisikan ungkapan pikiran suram seseorang, dan tidak harus mengikuti bentuk tertentu dalam hal ukuran, rima, atau struktur.
Elegi ini kemudian umumnya ditulis oleh seseorang bukan hanya untuk mengungkapkan kesedihan yang dialami. Akan tetapi juga digunakan untuk menyampaikan pujian pada sosok maupun tokoh yang telah meninggal dunia. Suasana melankolis kemudian sangat kental di dalam karya jenis ini.
Oleh WS Rendra dijelaskan, elegi adalah puisi tentang ratapan kematian atau kehilangan seseorang entah untuk mengenang jasa-jasanya ataupun janji-janji penyair (penulis elegi) kepada orang yang telah meninggal tersebut.
Puisi ini kemudian diselimuti oleh rasa duka, rasa kehilangan dari penulisnya, kesedihan, dan juga kerinduan. Puisi elegi juga sering berisi kesedihan yang diungkapkan dengan kata-kata cinta. Sehingga menghadirkan pengungkapan cinta dan rasa sayang secara melankolis.
Pembaca kemudian bisa merasakan semua kesedihan tersebut setelah membaca baris demi baris puisinya. Lalu, apakah pembaca bisa langsung sedih sepanjang hari setelah membacanya? Tentunya tidak, sebab suasana sedih akan dirasakan saat membaca puisi tersebut. Pembaca kemudian bisa menemukan hikmah.
Misalnya, menyadari bahwa seseorang yang dicintai dan disayangi bisa menutup mata kapan saja. Sehingga pembaca bisa menghargai setiap kebersamaan dan setiap hal yang dilakukan bersama orang-orang yang disayangi tersebut. Apalagi, puisi elegi diketahui punya 3 (tiga) tahapan dalam mengungkapkan kesedihan. Yaitu:
- Kesedihan, dimana penulis atau penyair mengungkapkan rasa sedihnya yang mendalam.
- Pujian bagi orang yang sudah meninggal dan dijadikan tokoh utama dalam puisi tersebut.
- Penghiburan atas kehilangan, pada bagian ini penyair ingin menyampaikan berbagai cara untuk menghibur diri dan kemudian memberi kesadaran pada pembaca maupun diri sendiri bahwa meninggal adalah kodrat semua manusia di dunia.
Melalui tahapan tersebut, pembaca kemudian bisa menemukan penghiburan dan belajar dari pesan yang ingin disampaikan penyair. Membaca puisi juga bisa dijadikan bentuk hiburan, termasuk puisi elegi. Sehingga dengan membacanya tidak lantas perasaan sedih akan dirasakan sepanjang hari.
Ciri-Ciri Puisi Elegi
Puisi elegi diketahui punya beberapa ciri yang kemudian membedakannya dengan puisi lainnya. Ciri-ciri yang dimaksudkan antara lain:
- Puisi elegi biasanya dimulai dengan menceritakan rasa atau peristiwa kehilangan yang dialami penyair, kehilangan disini bisa berupa kehilangan nyawa dan bisa juga kehilangan sesuatu yang lainnya.
- Berisi penyampaian rasa duka cita yang kemudian diiringi perasaan kagum dari penyair kepada seseorang yang telah meninggalkannya.
- Elegi umumnya berupa lirik yang fokus utamanya adalah pada ekspresi sentime, suatu keyakinan, dan bisa juga tentang opini.
- Bahasa dan struktur di dalam puisi elegi adalah bahasa formal dengan struktur formal, sebab umumnya menyampaikan rasa penghormatan, pujian, dan sejenisnya pada seseorang yang telah meninggal.
- Elegi juga bisa berisi tentang pesona, daya pikat, dan sifat positif yang dialami seseorang ketika hidup di dunia.
- Seorang penyair yang menulis elegi kadang kala juga bertujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan tentang kematian, kehidupan, dan moralitas jiwa.
- Elegi kadang kala juga digunakan penyair untuk mengungkapkan rasa benci dan rasa marah akibat seseorang yang sangat disayangi meninggal dunia.
- Elegi pada tahap ketiga adalah tahap religi, dimana penyair berusaha untuk mendapat penghiburan dengan mengambil sisi religius dari peristiwa kehilangan yang dialaminya.
- Beberapa elegi merupakan pengungkapan perasaan yang sifatnya pribadi, impersonal, dan kadang pastoral.
- Elegi menggunakan sudut pandang pertama, karena disini menceritakan pengalaman dan kesedihan yang dialami langsung oleh penyair.
Jenis Puisi Elegi
Puisi elegi memiliki beberapa jenis, jenis ini biasanya punya perbedaan dari segi siapa yang meninggal. Berikut adalah jenis-jenis elegi yang dimaksud:
1. Elegi Personal
Jenis elegi yang pertama adalah elegi personal yang juga bisa disebut dengan istilah elegi pribadi. Elegi personal adalah jenis elegi yang penyairnya ingin meratapi kematian dari teman dekat, keluarga yang dicintai, dan orang lain yang cukup dekat dalam kehidupannya.
Sehingga elegi ini sifatnya personal, mengungkapkan perasaan personal antara penyair dengan orang yang meninggal di dalam elegi. Jenis ini menggambarkan perasaan yang dialami penyair dengan mendalam dan mengajak pembaca untuk merasakan perasaan tersebut.
2. Elegi Impersonal
Kemudian jenis puisi ini yang kedua adalah elegi impersonal. Elegi impersonal merupakan elegi atau puisi sedih yang menceritakan perasaan sedih, marah, dan sebagainya atas aspek kehidupan penyair. Misalnya marah atas takdir yang dimiliki penyair, seperti takdir menjadi miskin.
Sehingga, elegi jenis ini tidak hanya menceritakan tentang rasa sedih atas kematian seseorang. Melainkan juga menyampaikan rasa sedih maupun marah atas aspek kehidupan atau peristiwa tertentu yang dialami penyair. Sebagai contoh adalah yang sudah disebutkan, yakni takdir yang dimiliki penyair tersebut.
3. Elegi Pastoral
Elegi yang ketiga adalah elegi pastoral yang merupakan elegi tradisional dan menceritakan kehidupan tradisional di masa lampau. Elegi pastoral secara umum mengungkapkan rasa sedih mengenai peristiwa kematian sekaligus mengungkapkan keindahan di lingkungan pedesaan.
Jika menjumpai puisi yang mencantumkan kegiatan tradisional seperti kegiatan menggembala ternak, membajak sawah dengan sapi, dan sejenisnya. Maka puisi elegi yang melankolis ini masuk ke dalam kategori elegi pastoral.
4. Elegi Latin
Jenis elegi yang terakhir adalah eegi latin, elegi jenis ini berasa dari negara di Eropa yang merupakan negara latin. Puisi jenis ini sangat populer di negara Eropa sejak berabad-abad silam dan masih sampai sekarang. Bahkan di era modern, ada dua tokoh penyair elegi terkemuka di Eropa. Yakni V Cunningham dan Alan Dugan.
Puisi elegi menjadi salah satu jenis puisi yang khas dan kemudian disukai oleh banyak orang. Melalui puisi ini seorang penikmat karya sastra bisa merasakan sensasi kesedihan mendalam atas suatu kehilangan. Sementara bagi penyair, puisi jenis ini membantu mereka mengungkapkan rasa sedih yang mendalam.
Meskipun bernuansa melankolis, namun puisi elegi memiliki penggemar yang tidak sedikit. Sebab disinilah seseorang bisa tahu bagaimana perasaan kehilangan dan bagaimana menyikapinya. Sebab penyair juga menjelaskan bagaimana dirinya menenangkan diri atas kehilangan yang dialaminya.