Dalam dunia sastra, setiap penulis memiliki gaya penulisan novel yang unik. Inilah kenapa novel selalu otentik, sesuai keotentikan si penulisnya.
Dengan kata lain, setiap penulis novel tidak pernah sama dalam menuturkan cerita, membangun karakter, hingga memainkan emosi pembaca. Gaya menulis ini ibarat sidik jari, tidak ada dua penulis yang benar-benar sama.
Namun, sering kali penulis pemula belum menyadari betapa pentingnya gaya penulisan dalam menentukan keberhasilan sebuah karya.
Daftar Isi Artikel
Alasan Pentingnya Gaya Penulisan Novel
Menjadi penulis novel itu harus sesuai ideologi dan caranya masing-masing. Namun bagi penulis novel pemula, tidak ada salahnya untuk meniru cara penulis lain.
Namun, yang perlu digaris bawahi, jangan dijadikan sebuah kebiasaan. Karena kamu pun juga memiliki keunikan tersendiri dalam menulis. Berikut tiga alasan mengapa gaya penulisan novel sangat berpengaruh dan layak dikembangkan.
1. Membentuk Identitas dan Ciri Khas Penulis
Gaya penulisan adalah jembatan antara penulis dan pembacanya. Melalui pilihan kata, ritme kalimat, dan sudut pandang narasi, pembaca bisa langsung mengenali siapa penulis di balik cerita.
Misalnya, gaya menulis Andrea Hirata yang puitis dan penuh filosofi sangat berbeda dengan gaya Dee Lestari yang reflektif dan modern.
Ketika kamu sudah menemukan gaya menulis yang khas, pembaca akan lebih mudah mengingat dan menantikan karya-karyamu berikutnya. Itulah mengapa melatih gaya menulis bukan sekadar soal teknik, tetapi juga tentang membangun branding literasi pribadi.
2. Menentukan Emosi dan Daya Tarik Cerita
Gaya penulisan novel bukan hanya soal keindahan bahasa, tetapi juga tentang bagaimana penulis mengarahkan perasaan pembaca. Misalnya, gaya penulisan yang deskriptif mampu membuat pembaca seolah hidup di dalam cerita, sementara gaya penulisan yang sederhana tapi emosional dapat membuat mereka ikut merasakan konflik batin tokoh utama.
Penelitian oleh Psychology of Aesthetics, Creativity, and the Arts (2022) menunjukkan bahwa cara penyampaian emosi dalam tulisan mempengaruhi tingkat keterikatan pembaca terhadap karakter. Jadi, gaya penulisan yang tepat dapat menjadi kunci agar novel tidak hanya dibaca, tapi juga diingat.
3. Meningkatkan Kekuatan Pesan dan Nilai Cerita
Setiap novel memiliki pesan atau nilai yang ingin disampaikan, dan gaya menulis menjadi alat utama untuk memperkuat pesan tersebut. Misalnya, novel dengan gaya simbolik mampu menyampaikan kritik sosial tanpa harus gamblang.
Sementara gaya realistik membuat pembaca merasa dekat dengan situasi yang digambarkan. Dengan gaya penulisan yang kuat dan konsisten, pembaca tidak hanya memahami cerita, tetapi juga menangkap makna di baliknya. Inilah yang membedakan novel yang “sekadar bagus” dengan novel yang “berkesan dan sentimentil”.
Baca Juga: Gaya Bahasa Dalam Karya Sastra & Contoh [Novel]
Tips Meningkatkan Gaya Penulisan Novel
Setiap penulis memiliki gaya penulisan novel yang unik. Setiap penulis memiliki cara mereka merangkai kata, membangun karakter, dan menghadirkan emosi pembaca yang berbeda-beda.
Namun, gaya menulis tidak muncul secara instan. Ia terbentuk dari pengalaman, kebiasaan membaca, dan latihan terus-menerus. Berikut delapan tips meningkatkan gaya penulisan novel yang bisa kamu terapkan agar tulisanmu lebih bernyawa dan profesional.
1. Banyak Membaca, Lebih Banyak Mengamati
Salah satu rahasia utama penulis hebat adalah kebiasaan membaca. Semakin banyak kamu membaca, semakin luas pula wawasan dan pilihan gaya bahasamu. Bacalah berbagai genre (fiksi, nonfiksi, puisi, hingga karya klasik).
Perhatikan bagaimana penulis lain membangun karakter, menggambarkan emosi, dan memainkan struktur kalimat. Selain membaca, biasakan juga mengamati kehidupan sekitar. Setiap percakapan, ekspresi, atau detail kecil bisa menjadi inspirasi dalam mengasah gaya penulisan novel yang lebih realistis dan menyentuh hati.
2. Temukan Suaramu Sendiri
Gaya menulis yang kuat muncul ketika penulis berani menampilkan dirinya apa adanya dalam tulisan. “Suara” khas ini mencerminkan kepribadianmu, yang merepresentatifkan cara berpikir si penulis.
Cobalah menulis dengan jujur dan spontan, tanpa terlalu memikirkan apakah pembaca akan menyukainya atau tidak. Jangan terlalu terpengaruh oleh penulis favorit. Meniru bisa jadi latihan awal, tapi jadikan mereka batu loncatan untuk menemukan versi terbaik dari suaramu sendiri.
3. Latih Konsistensi Narasi
Salah satu ciri novel yang enak dibaca adalah konsistensi gaya narasinya. Apakah kamu menggunakan sudut pandang orang pertama, kedua, atau ketiga — semuanya harus terasa selaras dari awal hingga akhir.
Misalnya, jika karakter utama memiliki gaya bicara santai dan jenaka, pastikan narasinya tetap memancarkan kepribadian itu sepanjang cerita. Inilah yang membuat pembaca merasa “terikat” dengan karakter dan alur yang kamu bangun.
Baca Juga: Apa itu Gaya Penulisan? Kenali Macam-Macamnya
4. Gunakan Deskripsi yang Menggugah
Deskripsi adalah jantung dari gaya penulisan novel. Namun, deskripsi yang terlalu panjang justru bisa membuat pembaca bosan. Gunakan teknik show, don’t tell — bukan sekadar menceritakan cerita, tetapi menampilkannya melalui tindakan.
Contohnya, daripada menulis “Rani gugup”, kamu bisa menulis, “Jari Rani bergetar saat mencoba menekan nomor di ponselnya.” Dengan cara ini, pembaca bisa merasakan ketegangan tanpa harus dijelaskan secara eksplisit.
5. Perhatikan Ritme Kalimat
Ritme dalam tulisan sama pentingnya dengan melodi dalam lagu. Campurkan kalimat pendek dan panjang untuk menciptakan dinamika. Kalimat pendek memberi tekanan dan ketegangan, sementara kalimat panjang membantu memperdalam suasana.
Coba baca karyamu dengan suara keras, apakah alurnya mengalir? Apakah terasa monoton? Dengan mendengarkan sendiri ritme tulisanmu, kamu akan lebih mudah memperbaiki bagian yang terasa kaku atau tidak alami.
6. Gunakan Dialog yang Realistis
Dialog yang hidup membuat karakter terasa nyata. Hindari percakapan yang terlalu formal atau “terlalu menjelaskan” sesuatu. Pembaca tidak ingin membaca ceramah, mereka ingin merasakan percakapan alami.
Misalnya, daripada menulis, “Aku merasa kecewa karena kamu tidak menepati janji,” ubah menjadi, “Kamu bahkan nggak datang juga, padahal aku udah nunggu sejam.” Gaya bahasa sehari-hari seperti ini lebih mudah menghidupkan karakter dan memperkuat gaya penulisan novelmu.
7. Edit Tanpa Ampun
Proses menulis yang sebenarnya justru terjadi saat kamu mulai mengedit. Jangan takut untuk memangkas kalimat, menghapus paragraf, atau menulis ulang bagian yang terasa lemah.
Revisi adalah tahap penting untuk memperhalus gaya bahasa dan memperkuat pesan cerita. Gunakan jeda waktu sebelum mengedit agar kamu bisa melihat tulisanmu dengan perspektif baru.
Beberapa penulis profesional seperti Stephen King bahkan menyarankan untuk “meninggalkan” naskah selama seminggu sebelum mulai revisi, agar kamu bisa menilai tulisanmu dengan lebih objektif.
Baca Juga: Struktur Novel: Pengertian dan Contoh
8. Tulis Setiap Hari, Meski Sedikit
Tidak ada cara yang lebih efektif untuk mengasah gaya menulis selain menulis secara rutin. Jadikan menulis sebagai kebiasaan, bukan sekadar inspirasi yang datang sesekali. Kamu tidak perlu menulis ribuan kata setiap hari, cukup 15–30 menit saja.
Dari kedelapan tips meningkatkan gaya penulisan novel di atas memang membutuhkan waktu, kesabaran, dan disiplin. Tidak ada jalan pintas selain terus menulis, membaca, dan belajar dari pengalaman. Ingat, tulisan terbaik bukan yang paling sempurna, tetapi yang paling original dan bisa menyentuh rasa pembaca.
Semoga artikel dari Bukunesia ini bermanfaat bagi kamu yang ingin mengasah gaya penulisan novel agar lebih kuat, berkarakter, dan mampu memikat pembaca.
Referensi
Kemendikbudristek. (2023). Panduan Literasi Nasional. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
King, S. (2010). On Writing: A Memoir of the Craft. New York: Scribner.
Lamott, A. (1994). Bird by Bird: Some Instructions on Writing and Life. New York: Anchor Books.
Psychology of Aesthetics, Creativity, and the Arts. (2022). Emotional Engagement in Literary Narratives. American Psychological Association.

