Kemampuan Menulis: Cara Mengasah dan Tata Bahasa

kemampuan menulis
Kemampuan menulis merupakan sebuah kemampuan yang bisa terasah dengan latihan dan iterasi. Berikut 5 cara meningkatkan kemampuan menulis.

Sebuah buku merupakan hasil pemikiran dari seorang atau beberapa orang penulis. Pemikiran tersebut tersampaikan kepada pembaca dengan media teks, atau bahasa yang tertulis. Oleh karena itu pemikiran yang cemerlang harus dibarengi juga dengan penyampaian yang tepat. Pemikiran cemerlang yang disampaikan dengan teknik penulisan yang kurang tepat, dapat disalahartikan oleh pembaca.

Dari sinilah pentingnya seorang penulis untuk bisa memperhatikan teknik kebahasaan yang digunakannya dalam menulis.

Buku dengan genre apa pun pasti membutuhkan ilmu penulisan dalam penyampaiannya, meskipun buku tersebut tidak mengangkat tema kepenulisan atau kebahasaan sama sekali. Ilmu penulisan yang dibutuhkan ini adalah gramatika atau tata bahasa.

Perlu digarisbawahi, ketika menulis kita tidak harus selalu menggunakan bahasa yang baku. Itulah sebabnya ada istilah “bahasa yang baik dan benar”. “baik” berarti penggunaannya sesuai dengan konteks, sementara “benar” artinya sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dengan begitu, pemikiran dari penulis bisa tersampaikan kepada pembaca secara efisien.

Jadi, sebenarnya unsur apa saja yang perlu diperhatikan dalam penulisan?

Tata Bahasa

Dalam penulisan, sedikitnya ada dua hal utama yang perlu kita perhatikan. Pertama adalah tingkat kata dan yang kedua tingkat kalimat. Meskipun hanya dua, akan tetapi terdapat kekompleksan dari dua tingkat tersebut.

Tingkat kata berhubungan dengan ketepatan diksi (pemilihan kata), penggunaan imbuhan, dan lain sebagainya. Semua itu tergantung dengan konteks gagasan yang sedang kita bangun. Bagi penulis, pembendaharaan kata merupakan hal yang penting dan harus selalu diperkaya.

Mau nulis buku biografi

Sebagai contoh, persoalan dalam tingkat kata beserta imbuhannya yang masih sering keliru diterapkan adalah penggunaan “di” yang disambung dan dipisah. “Di-” harus ditulis serangkai atau disambung jika berupa imbuhan. Sementara itu, “di” yang tidak ditulis serangkai jika berfungsi sebagai kata depan. Cara membedakan keduanya adalah dengan melihat fungsi konteksnya dalam sebuah kalimat. Misalnya, kita tidak bisa menentukan “(di)foto” itu seharusnya digabung atau dipisah ketika tidak melihat konteks kalimatnya, apakah merupakan imbuhan atau kata depan. Coba cermati dua kalimat berikut:

  • Ia tidak ingin difoto selain oleh kekasihnya.
  • Ia melihat kekasihnya di foto itu.

Apakah kamu bisa melihat perbedaan “difoto” dan “di foto” dalam dua kalimat tersebut?

Tingkat yang kedua adalah kalimat. Kalian pasti pernah mendengar unsur kalimat SPOK. Minimalnya kalimat terdiri dari dua kata, yaitu terdiri dari unsur subjek dan predikat. Selain itu, kalimat yang terkonsep dengan baik sebenarnya bisa membangun suasana cerita.

Kalimat-kalimat pendek bisa memberikan efek ketegangan, ketegasan, keserba-cepatan, dan lain sebagainya. Sebaliknya, kalimat-kalimat panjang dapat memberikan efek ketenangan, kelambatan, dan lain sebagainya.

Dalam kalimat, sebisa mungkin kita menghindari kalimat majemuk yang terlalu bertingkat atau kompleks. Selain mengaburkan makna yang ingin disampaikan, kalimat majemuk yang terlalu bertingkat dan kompleks juga dapat membingungkan pembaca.

Persoalan tata bahasa sebenarnya masih banyak lagi, kamu bisa melihat Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan edisi 5 di laman Kemendikbud berikut https://ejaan.kemdikbud.go.id/ . Sebagai catatan, kamu tidak perlu membaca ejaan tersebut secara keseluruhan, tetapi bisa kamu terapkan setiap menemukan masalah saat swasunting/edit mandiri.

Baca juga: Format Penulisan Novel yang Baik

Cara Mengasah Kemampuan Menulis

Menjadi penulis yang cakap tidak diraih secara instan. Di sinilah perlunya proses mengasah kemampuan menulis. Sementara itu, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melatih kemampuan menulis. Berikut adalah beberapa cara untuk mengasah kemampuan menulis tersebut.

1. Memperbanyak Bacaan

Pertama adalah dengan memperbanyak bacaan. Dengan banyak membaca, secara tidak langsung, alam bawah sadar kita akan menyerap bentukan tulisan yang ada dalam buku. Dengan begitu kita bisa mengetahui penempatan kata yang benar, penyusunan kalimat yang tepat, dan lain sebagainya.

2. Pembacaan Secara Kritis

Kedua, selain memperbanyak bacaan, kita juga bisa melakukan pembacaan secara kritis. Kritis berarti bukan hanya tentang isi atau makna yang ada dalam tulisan, akan tetapi juga terkait bentuk tulisan yang digunakan.

Dalam membaca kritis, kita berarti tidak dituntut untuk membaca buku secara cepat. Jika diperlukan kita juga bisa menulis catatan tentang gaya penulisan yang digunakan dalam buku tersebut atau bahkan ketika ada kekeliruan penulisan yang dirasa fatal. Kita juga bisa melakukan pembacaan kritis dengan membaca buku secara berulang.

3. Menulis Naskah Pendek Dahulu

Ketiga, setelah membaca, maka kita bisa mempraktikkan ilmu yang kita punya dengan menulis. Ketika berlatih, kita tidak harus meniatkannya untuk menjadi naskah yang panjang. Dalam hal ini, kita bisa menulis naskah-naskah yang relatif pendek seperti dengan menulis artikel, esai, cerpen, dan lain sebagainya.

Mengapa demikian? Sebab, kumpulan puisi atau cerpen juga bisa diterbitkan menjadi antologi. Dimana menerbitkan antologi buku? Bisa dengan menerbitkan buku puisi di Bukunesia.

Kalau sudah terbiasa, bisa banget untuk memulai menulis naskah panjang. Misalnya, seperti menulis buku motivasi yang selain mudah juga cepat laku dijual.

4. Belajar Jadi Pembaca

Keempat, kita bisa mencerna tulisan kita sendiri dengan berposisi sebagai pembaca. Hal ini berarti kita bisa melakukan otokritik terhadap tulisan kita sendiri, seakan-akan tulisan tersebut adalah tulisan orang lain. Caranya adalah dengan membaca ulang dengan jarak waktu tertentu seusai penulisan.

5. Diskusikan Hasil Tulisan dengan Orang Lain

Kelima adalah dengan mendiskusikan hasil tulisan kita dengan orang lain. Meskipun menulis adalah proses yang banyaknya menuntut pada pribadi, tetapi dalam dunia penulisan yang lebih luas, penting bagi kita untuk mendengar pendapat-pendapat dari orang lain. Kita juga harus bisa memilah mana masukan dan saran yang bisa kita gunakan, serta mana yang tidak perlu kita gunakan.

Begitulah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melatih kemampuan menulis. Sama seperti kegiatan lainnya, menulis juga membutuhkan proses, maka kita pun tidak perlu terburu-buru dalam prosesnya. Dengan terus melatih kemampuan menulis, kita pun akan bisa lebih mudah untuk menyampaikan pemikiran yang ingin kita sampaikan.

MAU PANDUAN MENULIS BUKU FIKSI GRATIS?

Dapatkan secara gratis, ebook panduan menulis buku novel, buku biografi, buku fiksi dan non fiksi beserta dengan tipsnya di sini.