Memahami macam macam gaya bahasa adalah langkah penting bagi siapa pun yang ingin menulis dengan lebih hidup dan mengena, karena setiap gaya mampu menghadirkan nuansa, emosi, dan pesan yang berbeda dalam sebuah tulisan.
Ketika penulis tahu bagaimana memanfaatkan variasi gaya bahasa, mulai dari naratif, deskriptif, hingga satir, ia tidak hanya memperkaya kualitas tulisannya tetapi juga membuat pembaca merasa lebih dekat dengan pesan yang disampaikan.
Dalam dunia penulisan yang semakin kompetitif, kemampuan mengolah gaya bahasa menjadi kunci agar tulisan tidak terasa datar dan mampu meninggalkan kesan bagi pembaca.
Daftar Isi Artikel
Apa Itu Gaya Bahasa dan Kenapa Penting
Gaya bahasa adalah cara penulis menyampaikan pesan melalui pilihan kata, struktur kalimat, dan nada tertentu sehingga tulisan memiliki kejelasan makna sekaligus daya tarik emosional.
Keraf (2010) menjelaskan bahwa gaya bahasa membantu memperkuat ekspresi, membangun suasana, dan memberi ciri khas pada karya tulis. Tanpa gaya bahasa yang tepat, tulisan cenderung datar dan sulit meninggalkan kesan.
Karena itu, memahami gaya bahasa penting agar penulis mampu menyesuaikan pesan dengan konteks, pembaca, serta tujuan komunikasi sehingga tulisan menjadi lebih efektif, hidup, dan mudah diingat.
Baca Juga: Membahas 4 Gaya Bahasa Cerpen Disertai dengan Contoh Konkrit
Macam-Macam Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah bumbu utama dalam menulis. Tanpa gaya bahasa, tulisan bakal terasa datar dan kurang bernyawa. Setiap penulis bisa memilih gaya bahasa sesuai kebutuhan, suasana, atau pesan yang ingin disampaikan.
Pertanyaannya adalah, ada berapa macam gaya bahasa sih? Yuks simak ulasannya sebagai berikut.
1. Gaya Bahasa Naratif
Gaya ini digunakan ketika penulis ingin bercerita. Alurnya mengalir seperti sedang mendengarkan seseorang mengisahkan pengalaman. Biasanya dipakai dalam cerpen, novel, atau memoar.
Kalimatnya cenderung dinamis, mengandung aksi, dan membawa pembaca masuk ke situasi tertentu. Misalnya, menggambarkan suasana pagi di sebuah pasar atau perjalanan tokoh menuju suatu tempat.
2. Gaya Bahasa Deskriptif
Kalau kamu ingin membuat pembaca “melihat” atau “merasakan” sesuatu, gaya deskriptif adalah pilihan tepat. Penulis menggambarkan detail objek, tempat, suasana, atau perasaan secara jelas.
Gaya ini cocok untuk artikel wisata, cerpen bernuansa puitis, atau konten yang ingin membangkitkan imajinasi pembaca. Biasanya menggunakan kata sifat dan detail sensorik seperti aroma, warna, atau suara.
3. Gaya Bahasa Persuasif
Ini gaya yang tujuannya mengajak atau meyakinkan pembaca. Banyak dipakai dalam iklan, kampanye, artikel opini, atau tulisan promosi.
Bahasa yang digunakan biasanya lugas tetapi komunikatif, sering disertai alasan logis atau manfaat yang bisa dirasakan pembaca. Gaya persuasif membantu pembaca memahami kenapa suatu argumen layak dipertimbangkan.
4. Gaya Bahasa Argumentatif
Gaya ini hadir ketika kamu sedang membangun pendapat berdasarkan data atau analisis. Kamu menyajikan fakta, teori, atau kutipan pakar untuk mendukung argumen utama.
Cocok digunakan dalam artikel ilmiah populer, esai, atau ulasan. Meski terkesan serius, gaya argumentatif tetap bisa dibuat komunikatif selama struktur logikanya jelas dan bahasanya tidak terlalu berbelit.
5. Gaya Bahasa Puitis
Gaya puitis sering muncul dalam puisi atau prosa liris. Ia mengandalkan metafora, simbol, permainan ritme, dan keindahan bahasa.
Tujuannya bukan hanya menyampaikan cerita, tetapi juga menciptakan suasana atau rasa tertentu. Pembaca biasanya menikmati keindahan makna yang ditanamkan penulis di balik kalimatnya.
Baca Juga: Gaya Bahasa Dalam Karya Sastra & Contoh [Novel]
6. Gaya Bahasa Kolokial
Gaya kolokial menggunakan bahasa sehari hari yang santai dan ringan. Cocok dipakai dalam blog, konten media sosial, atau cerpen yang ingin terasa dekat dengan pembaca muda.
Pilihan katanya natural, seperti cara orang berbicara dalam kehidupan sehari hari. Gaya ini membuat tulisan terasa lebih akrab dan mudah dipahami.
7. Gaya Bahasa Formal
Gaya ini cenderung kaku, teratur, dan bersifat resmi. Umum dipakai dalam laporan penelitian, artikel ilmiah, atau dokumen publik.
Struktur kalimatnya lebih panjang dan memakai kosakata baku. Meski cenderung serius, gaya formal punya kelebihan dalam menyampaikan informasi secara tepat dan profesional.
8. Gaya Bahasa Satire
Gaya satir memanfaatkan humor, ironi, atau sindiran untuk mengkritik suatu situasi. Banyak dipakai dalam esai, cerpen, atau karya sastra yang menyinggung isu sosial.
Satir biasanya halus, tetapi pesannya kuat. Gaya ini membuat pembaca berpikir dua kali tentang isu yang disampaikan.
9. Gaya Bahasa Direktif
Ini adalah gaya yang digunakan untuk memberikan arahan atau instruksi. Biasanya muncul dalam tutorial, panduan, atau prosedur kerja.
Kalimatnya langsung, ringkas, dan mudah dieksekusi. Penulis sering menggunakan kata kerja perintah seperti “pilih”, “gunakan”, atau “hindari”.
Baca Juga: Cara Menentukan Gaya Bahasa Dalam Cerpen
Cara Memilih Gaya Bahasa yang Cocok untuk Tulisanmu
Gaya bahasa adalah “diksi” yang membuat tulisan terasa hidup. Mau kamu menulis cerpen, artikel, atau esai, pilihan gaya bahasa akan menentukan bagaimana pembaca menangkap suasana, pesan, bahkan kepribadianmu sebagai penulis.
Masalahnya, banyak penulis pemula bingung memilih gaya yang pas dan bingung apakah menggunakan bahasa formal, nanti kaku; terlalu santai, takut dianggap kurang serius.
Supaya kamu bisa menemukan gaya bahasa yang paling cocok, berikut lima cara mudah dan efektif untuk menemukannya.
1. Tentukan Tujuan Tulisanmu Sejak Awal
Setiap tulisan punya tujuan berbeda, dan gaya bahasa harus mengikuti tujuan itu. Kalau kamu sedang menulis cerpen romantis, gaya bahasa yang lembut dan puitis bisa mendukung suasana.
Tapi untuk artikel ilmiah populer, gaya komunikatif dan informatif justru lebih tepat. Dengan menentukan tujuan sejak awal, kamu bisa membangun nada yang tepat dan konsisten sepanjang tulisan.
2. Kenali Siapa Pembacamu
Gaya bahasa yang cocok untuk mahasiswa tentu beda dengan pembaca umum atau anak sekolah. Ketika kamu tahu siapa pembaca, kamu bisa menyesuaikan pilihan kata dan kalimat.
Misalnya, pembaca remaja cenderung suka gaya yang ringan dan mudah dicerna, sementara pembaca dewasa mungkin lebih nyaman dengan kalimat yang padat dan reflektif. Semakin tepat sasarannya, semakin kuat keterhubungan antara kamu dan pembaca.
3. Baca Tulisan Penulis Lain dan Temukan Preferensimu
Salah satu cara paling efektif menemukan gaya bahasa adalah membaca karya orang lain. Kamu bisa memperhatikan bagaimana mereka merangkai kalimat, menciptakan suasana, atau menyampaikan gagasan.
Setelah itu, tanyakan pada diri sendiri bagian mana yang terasa “klik”, dan mana yang tidak cocok buatmu. Dari situ, kamu bakal lebih gampang membangun gaya bahasa yang kamu banget tanpa harus meniru mentah-mentah.
Baca Juga: Contoh, Kaidah dan Unsur Kebahasaan Novel
4. Perhatikan Ritme Kalimatmu
Setiap penulis punya ritme kalimat berbeda, dan ritme ini menentukan gaya bahasa secara keseluruhan. Coba kombinasikan kalimat panjang dan pendek untuk menciptakan dinamika yang enak dibaca.
Kamu juga bisa mengecek apakah tulisanmu terlalu padat, terlalu bertele-tele, atau justru terlalu ringkas. Ketika ritme sudah pas, pembaca akan menikmati alurnya tanpa merasa lelah.
5. Gunakan Pengalaman Pribadi Sebagai Warna Khas
Tulisan yang punya karakter biasanya lahir dari pengalaman penulisnya sendiri. Kamu bisa menyisipkan cara pandang, kebiasaan berpikir, atau bahkan ungkapan khas yang sering kamu gunakan.
Gaya bahasa yang dibangun dari pengalaman akan terasa autentik, bukan dibuat-buat. Inilah yang membuat pembaca merasa dekat dengan tulisanmu karena ada “jiwa” penulis yang ikut hadir di dalamnya.
Dari kelima cara memilih gaya bahasa di atas bukan sekadar soal pilihan kata, tetapi juga cara kamu merangkai emosi, menuntun pembaca, dan membangun nuansa.
Tulisan dengan gaya bahasa yang pas akan terasa lebih kuat, lebih nyaman dibaca, dan lebih mudah diingat. Selain itu, gaya yang konsisten juga membantu membentuk identitas kepenulisanmu dalam jangka panjang.
Semoga artikel dari Bukunesia ini bermanfaat dalam membantumu dalam memahami macam-macam gaya bahasa dan mampu menerapkannya secara tepat untuk memperkaya tulisan. Teruslah berlatih agar karyamu semakin hidup dan berkesan.
Referensi
Keraf, Gorys. (2010). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Semi, Atar. (2009). Tentang Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. (2009). Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.

