Pengertian Majas Anafora, Ciri-Ciri dan Contoh

contoh majas anafora

Artikel ini membahas pengertian majas anafora, mulai dari ciri-ciri, penggunaan majas tersebut yang benar dan 10 contoh dan penjelasan.

Di dalam mata pelajaran atau mata kuliah bahasa Indonesia akan ada materi tentang bahasa kiasan atau majas, salah satunya majas anafora. Majas atau bahasa kiasan merupakan bentuk pengolahan kata dalam kalimat menjadi lebih indah, enak didengar, dan punya makna yang lebih dalam. 

Jenis dari bahasa kiasan atau majas ini sangat beragam, ada yang menggunakan perumpamaan benda mati tak bernyawa, ada yang berlebihan, dan ada yang terkesan memakai kata yang sama berulang-ulang. 

Khusus untuk majas yang menggunakan kata berulang, maka dikenal dengan istilah anafora yang akan dibahas mendalam disini. Jadi, bagi siapa saja yang lebih akrab dengan metafora, hiperbola, dan majas populer lainnya. Sangat penting untuk mengenal juga mengenai anafora, khususnya yang tertarik di bidang kepenulisan. 

Pengertian Majas Anafora

Secara harfiah, kata anafora diambil atau diadopsi dari bahasa Yunani yakni dari kata anaohore yang berarti “pengulangan tempat”. Maka majas anafora adalah gaya bahasa yang berisi pengulangan kata yang terdapat di awal kalimat kemudian diulang di tengah maupun di akhir kalimat tersebut. 

Sehingga saat menemukan gaya bahasa yang memakai teknik mengulang suatu kata, baik dua kali, tiga kali, bahkan lebih. Maka sudah termasuk dalam gaya bahasa anafora tersebut. Biasanya kata yang diulang akan dilakukan setelah tanda koma dan bisa diulang lagi menjelang tanda titik atau akhir kalimat. 

Pengertian lain disampaikan oleh beberapa ahli, berikut para ahli yang dimaksudkan: 

Mau nulis buku biografi
  • Keraf 

Menurut Keraf, majas anafora adalah suatu repetisi yang berbentuk pengulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. Sehingga pengulangan terjadi pada satu kalimat maupun antar kalimat dalam satu paragraf. 

  • Ratna 

Pendapat kedua disampaikan oleh Ratna, dijelaskan bahwa majas anafora adalah kata atau suatu kelompok kata yang diulang pada baris berikutnya. Didefinisikan sebagai kata yang berulang di baris berikutnya, karena anafora lumrah digunakan dalam puisi. Khususnya puisi lama atau klasik. 

Penulis yang menggunakan gaya bahasa ini akan menyesuaikan dengan konteks kalimat. Adapun pengulangan kata pada anafora biasanya bertujuan untuk mempertegas maksud penulis, sekaligus mempertegas subjek yang dimaksud penulis. 

Sebab kata yang diulang di dalam gaya bahasa anafora ini bisa berupa subjek misalnya kata ibu, adik, aku, kamu, kita, kalian, mereka, dan sebagainya. Kemudian bisa juga kata lain misalnya kata sifat, kata benda, dan lain sebagainya. 

Dalam bahasa Indonesia sendiri, anafora masuk ke dalam kategori majas repetisi. Memiliki ciri khas mengulang kata. Sementara majas repetisi pada umumnya adalah gaya bahasa yang mengungkapkan suatu kata atau frasa dengan tujuan menegaskan suatu makna atau suatu hal. 

Ciri-Ciri Majas Anafora

Majas anafora yang termasuk ke dalam majas repetisi kemudian sering sulit dibedakan dengan jenis majas repetisi lainnya. Khususnya dengan majas epifora, karena memang semua majas repetisi punya ciri khas menggunakan kata yang diulang-ulang. 

Namun, majas jenis anafora sudah tentu memiliki ciri khas yang membuatnya berbeda dengan majas repetisi lainnya. Berikut beberapa diantaranya: 

1. Menggunakan Pengulangan Kata 

Ciri yang pertama dari gaya bahasa anafora tentu saja melakukan pengulangan kata. Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, kata yang diulang ini bisa di awal, di tengah, dan di akhir kalimat. 

Ciri ini mungkin masih susah untuk dibedakan dengan majas repetisi lainnya. Namun tidak semua majas repetisi perlu mengulang kata yang sama dalam satu kalimat atau satu baris. 

2. Kata yang Diulang adalah Kata Paling Depan 

Majas repetisi punya ciri khas melakukan pengulangan kata, dan ciri khas dari anafora adalah mengulang kata paling depan. Jadi, dalam satu kalimat kata yang akan diulang oleh penulis adalah kata yang terletak di bagian paling depan. 

Contohnya: 

Hati ini sudah sakit, hati ini terasa sesak sekaligus perih

Pada contoh tersebut, terjadi pengulangan kata “hati ini” yang posisinya diletakan di awal kalimat. Kemudian diulang lagi di kalimat berikutnya. Sebab ada beberapa majas repetisi yang pemilihan katanya diambil dari kata di tengah, di akhir, dan ditempatkan di akhir bukan di tengah seperti anafora. 

3. Kata Kedua Diulang Setelah Tanda Koma 

Ciri khas yang ketiga dari gaya bahasa anafora adalah menggunakan tanda koma diikuti pengulangan kata. Jadi, kata pertama dalam kalimat sebelum diulang akan dipisahkan oleh tanda koma. Kemudian kata tersebut diulang. 

Contohnya: 

Mawar yang indah, mawar yang layu dan enggan merekah. 

Pada contoh tersebut, kata yang diulang adalah kata “mawar”. Dalam proses pengulangan penulisan, terlebih dahulu penulis memberi tanda koma. Baru kemudian kata paling awal di kalimat depannya ditulis ulang. 

4. Pengulangan Kata Diletakan di Awal Kalimat Kedua 

Membedakan anafora dengan epifora maupun jenis majas repetisi lainnya adalah dengan melihat penempatan kata yang diulang. Pada epifora kata yang diulang bukan kata paling depan di kalimat pertama melainkan paling akhir. 

Sekaligus ditempatkan di akhir atau penutupan kalimat setelah ada tanda koma. Sementara pada mahas anafora, pengulangan kata diletakan di bagian depan atau di awal kalimat kedua setelah ada tanda koma. 

Jadi, jika menemukan kalimat yang ada pengulangan kata paling depan dan diletakan di tengah setelah tanda koma. Maka bisa dipastikan kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa anafora, bukan majas repetisi jenis lainnya. 

Penggunaan Majas Anafora

Lalu, bagaimana dengan penggunaannya? Majas anafora digunakan untuk berbagai tujuan dan penggunaan disini sama artinya dengan fungsi dari anafora itu sendiri. Secara umum, berikut adalah penggunaan dari majas jenis ini: 

1. Digunakan untuk Menegaskan Makna 

Majas anafora bisa digunakan untuk menegaskan suatu makna yang ingin disampaikan kepada pembaca. Lewat penggunaan majas inilah, penulis karya bisa menjelaskan suatu makna sejelas mungkin dan setegas mungkin. 

Sehingga makna yang ingin disampaikan penulis bisa dipahami dengan baik oleh para pembaca. Tanpa ada kemungkinan salah tangkap atau salah persepsi atas apa yang ditulis. 

Penulis kemudian akan terbantu untuk bisa menyampaikan makna dengan jelas. Sehingga tidak ambigu dan membuat karyanya mudah dipahami dan disukai oleh pembaca setianya. 

2. Bisa Digunakan untuk Menunjukan Kuantitas 

Gaya bahasa anafora juga bisa digunakan untuk menunjukan kuantitas atau jumlah dari suatu benda, seseorang, suatu hal, suatu kejadian, dan sebagainya. Sehingga penulis membuat kata tersebut ditulis ulang setelah tanda koma diketik. 

Langkah ini bisa membantu menjelaskan suatu objek lebih dari satu namun tanpa perlu memakai kata ulang. Sehingga kalimat menjadi lebih indah, enak dibaca, dan punya makna yang mendalam. Sekaligus mendorong daya imajinasi pembacanya. 

3. Menambah Nilai Estetika pada Kalimat 

Majas atau gaya bahasa pada dasarnya adalah suatu teknik yang membuat susunan kalimat lebih indah. Tidak harus memakai majas untuk menuliskan suatu hal, sehingga bisa memakai kata apa adanya dan susunan kalimat yang cenderungs ederhana. 

Namun, bagi mereka para penulis yang ingin memanjakan imajinasi pembacanya tentu ingin membuat tulisannya lebih estetik atau lebih indah. Maka ditambahkan sejumlah gaya bahasa dan dalam kondisi tertentu bisa memakai majas anafora. 

Jadi, majas jenis anafora ini sendiri bisa digunakan untuk memberi nilai estetika pada kalimat. Sebab saat suatu kalimat tidak memakai kata yang diulang maka akan terkesan biasa saja atau monoton. 

Setelah ada pengulangan kalimat, justru membuatnya lebih indah sampai berkali-kali lipat. Langkah ini sekaligus membuat tulisan lebih disukai dan mendatangkan lebih banyak pembaca dari karya tersebut. 

Contoh Majas Anafora

Supaya lebih memahami lagi pengertian dari majas anafora dan bisa memakainya dengan mudah saat membuat karya sastra. Maka berikut beberapa contoh majas jenis ini yang bisa dijadikan referensi: 

  1. Perkataan adalah cerminan hati, perkataan adalah curahan isi jiwa, perkataan adalah gambaran dari tingkat intelektualitas, dan perkataan adalah wujud dari derajat yang ada pada diri seseorang. (kata yang diulang dalam majas ini adalah “perkataan adalah” yang ada di awal kalimat dan diulang setelah tanda koma). 
  2. Bagaimana lagi agar aku bisa memenangkan hatimu, bagaimana lagi cara agar kau bisa mengerti diriku, bagaimana lagi yang mesti kuperbuat agar kau menerima cintaku? (kata yang diulang adalah “bagaimana lagi” untuk menegaskan maksud penulis meminta penjelasan seseorang). 
  3. Meski darah mengucur deras, meski peluh membanjiri tanah, meski raga ini tak lagi bernyawa, aku akan tetap menjaga dan mencintaimu. (kata yang diulang disini adalah kata “meski”). 
  4. Meskipun hujan badai, meskipun gempa dahsyat, meskipun dunia kiamat, aku tetap akan menunggumu disini. (kata yang diulang di kalimat ini adalah kata “meskipun”). 
  5. Tahukah kau bahwa kaulah yang ku cinta, tahukah kau bahwa cintaku begitu tulus, tahukah kau bahwa aku bersedia mati untukmu? (kata yang diulang disini adalah kata “tahukah kamu”). 
  6. Pendidikan adalah jalan menuju sukses, pendidikan adalah jalan meningkatkan keimanan, pendidikan adalah hak semua orang. (kata yang diulang dalam kalimat ini adalah kata “pendidikan”). 
  7. Berdoalah agar hidup menjadi lebih tenang, berdoalah agar keinginanmu dapat tercapai, berdoalah karena itu merupakan perwujudan kasih pada Tuhan. (kata yang diulang dalam kalimat ini adalah kata “berdoalah”)
  8. Tanpa dirimu hatiku terasa hampa, tanpa dirimu hatiku kosong, tanpa dirimu hatiku sangat kesepian. (kata yang diulang dalam kalimat ini adalah kata “tanpa dirimu”).
  9. Setiap ada kamu mengapa jantungku… berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang, Setiap ada kamu mengapa darahku… mengalir lebih cepat dari hujung kaki ke hujung kepala, Setiap ada kamu otak ku berfikir… bagaimana caranya untuk berdua bersama kamu – Lirik lagu Dewa 19. (kata yang diulang dalam kalimat ini adalah kata “setiap ada kamu”).
  10. Belajar saat anak-anak bagaikan mengukir di atas batu, belajar saat tua bagaikan mengukir di atas air. (kata yang diulang dalam kalimat ini adalah kata “belajar”).

Melalui beberapa contoh tersebut, maka bisa dipahami bahwa penggunaan majas anafora sangatlah luas. Tidak hanya cocok digunakan di dalam sebuah puisi dan novel saja, namun bisa juga dipakai untuk menuliskan lirik lagu. 

Menggunakan majas anafora akan membantu menjadikan sebuah karya tulis menjadi lebih indah. Sangat cocok diterapkan pada karya berbentuk puisi maupun novel roman, sehingga membuatnya lebih indah dan menarik di mata pembaca. Tidak sedikit penulis yang memakai majas ini kemudian dikombinasikan dengan majas jenis lainnya.

Baca juga artikel penting lainnya untuk para penulis muda untuk menerbitkan buku.

Penulis: Puji

MAU PANDUAN MENULIS BUKU FIKSI GRATIS?

Dapatkan secara gratis, ebook panduan menulis buku novel, buku biografi, buku fiksi dan non fiksi beserta dengan tipsnya di sini.