Dalam artikel ini, kita akan berkenalan dengan gaya bahasa dalam karya sastra. Jika kamu memperhatikan karya sastra legendaris, selain karena alur dan gebrakan ide yang mereka miliki. Ada satu kunci kesuksesan sebuah karya sastra banyak diminati oleh penikmatnya. Apakah itu? Yap betul sekali kemampuan seni dalam memilih gaya bahasa secara pas dan tepat.
Kelihatannya sepele, namun pada realitanya gaya bahasa dapat menarik perhatian bagi para penikmatnya. Contohnya Karya Andrea Hirata yang pernah meledak pada masanya. Di sana banyak sekali kita temukan gaya bahasa yang menurut saya sendiri cukup menyita perhatian. Secara tidak langsung pula, saya juga belajar kosakata baru.
Barangkali kamu salah satu calon penulis novel yang ingin melahirkan karya yang tidak kalah spektakuler dengan cara menguasai gaya bahasa dalam karya sastra? Maka kamu harus tahu terlebih dahulu apa itu gaya bahasa di bawah ini.
Daftar Isi Artikel
Pengertian Gaya Bahasa
Gaya bahasa secara umum dapat kita artikan sebagai pemilihan bahasa yang hendak digunakan untuk menyampaikan bahasa secara tepat. Dapat pula diartikan sebagai upaya penulis mengatur kalimat dan kata-kata untuk mengekspresikan gagasan, ide, keyakinan dan pengalaman si penulis.
Pengertian gaya bahasa menurut para ahli pun bermacam-macam pandangan. Diantaranya sebagai berikut.
1. Harimurti Kridalaksana
Gaya bahasa menurut Harimurti Kridalaksana gaya bahasa adalah style yang bermanfaat sebagai kekayaan bahasa dalam menuturkan atau menuliskan gagasan. Tidak hanya itu, gaya bahasa digunakan untuk berbagai ragam yang digunakan untuk tujuan memperoleh efek-efek tertentu. Gaya bahasa secara keseluruhan sebagai ciri kebahasaan dalam penulisan sebuah karya sastra.
2. Leech dan Short
Sementara Leech dan Short mengartikan bahwa gaya bahasa upaya seorang penulis atau seseorang dalam menggunakan bahasa untuk konteks, tujuan dan keperluan tertentu.
baca juga Gaya Bahasa Cerpen (Cerita Pendek) dan Contoh
3. Guntur Tarigan
Berbeda dengan pendapat tarigan, yang mendefinisikan gaya bahasa sebagai bentuk retorik untuk meyakinkan ataupun mempengaruhi orang lain (baik secara tertulis maupun secara lisan). Dimana gaya bahasa yang digunakan berperan sebagai fungsi puitik agar memiliki nilai kesan lebih berbobot.
4. Gorys Keraf
Lebih sederhana, Gorys Keraf mengartikan gaya bahasa sebagai upaya untuk mengungkapkan pikiran melalui ciri khas bahasa dan sesuai dengan pembawaan orang tersebut dalam menyampaikan. Dikatakan bahwa gaya bahasa yang baik harus memenuhi tiga unsur yang meliputi unsur kejujuran, kesopanan dan unsur kesantunan atau menarik perhatian.
Itulah beberapa pengertian gaya bahasa menurut para ahli. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa susunan kalimat yang muncul dari perasaan dan buah pikiran dari penulis. Dimana gaya bahasa tersebut memiliki kesan atau nilai sentimentil bagi para penikmat. Dengan kata lain, penggunaan gaya bahasa memiliki nilai persuasif bagi pembacanya.
Macam-Macam Gaya Bahasa Dalam Sastra
Kembali berbicara tentang gaya bahasa dalam karya sastra, ternyata ada banyak sekali jenis gaya bahasa. Ada gaya bahasa perbandingan, pertentangan, sindiran dan penegasan. Dimana setiap masing-masing gaya bahasa tersebut memiliki beberapa macamnya. Penasaran seperti apa sih? Langsung saja kita simak ulasannya sebagai berikut.
1. Gaya Bahasa Perbandingan
Sesuai dengan namanya, gaya bahasa perbandingan adalah gaya bahasa yang digunakan untuk membandingkan satu atau lebih. Gaya bahasa perbandingan itu sendiri ada beberapa macam, diantaranya personifikasi, metafora, alegori, hiperbola dan asosiasi.
A. Personifikasi
Majas personifikasi adalah majas yang diperuntukan membandingkan benda mati seolah-olah hidup atau memiliki sifat manusia.
Contoh majas personifikasi: Matahari terbit di personifikasikan dengan mentari terbit sambil menari seolah tahu bahagianya hati ini.
B. Metafora
Gaya bahasa metafora berbeda dengan gaya bahasa personifikasi. gaya bahasa perbandingan metafora lebih sering digunakan untuk menggambarkan hal-hal secara jelas. Majas ini lebih sering digunakan untuk mengkomparasikan dengan sesuatu hal yang memiliki sifat yang sama dengan yang dibandingkan.
Contoh majas metafora: Dewi malam keluar dari peraduannya. Jadi yang dimaksud dengan dewi malam adalah Bulan.
C. Alegori
alegori adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan gambaran atau ungkapan kiasan. Umumnya kiasan ini juga termasuk sebagai maja perbandingan, karena memang secara tidak langsung digunakan untuk membandingkan.
Contoh majas alegori: Fitrah hidup manusia itu seperti roda berputar. Kadang di atas dan kadang di bawah.
D. Hiperbola
Kamu pasti sudah sering mendengar gaya bahasa hiperbola bukan? Yap, betul sekali hiperbola sering digunakan untuk menunjukan perbandingan yang sifatnya berlebihan daripada makna yang sebenarnya.
Contoh majas hiperbola: Tidak ada angin tidak ada hujan, Rudi tiba-tiba saja mendapatkan hadiah undian mobil. Pertama Kali mendengar kabar tersebut kaget setengah mati.
Kata setengah mati ini digunakan karena terlalu kaget mendengar berita yang luar biasa bagi rudi.
E. Asosiasi
Gaya bahasa asosiasi sebenarnya gaya bahasa yang paling sering kita gunakan. Umumnya penggunaan asosiasi ini ditandai dengan kata bagaikan, seumpama, laksana, bagaikan, dan seumpama. Setelah penggunaan kata-kata tersebut, disertai dengan kalimat penjelas atau kalimat keterangan.
F. Simile
Mungkin kamu asing dengan gaya bahasa simile? Simile adalah gaya bahasa yang tidak melulu digunakan untuk membandingkan dua objek yang berbeda. Melainkan digunakan untuk menyandingkan sebuah ungkapan atau kegiatan tertentu.
Contoh majas simile: Ketika teman-teman yang lain di akhir pekan bermain ke luar. Rudi justru seperti beruang di musim dingin yang justru menikmati hibernasi.
Kata beruang di musim dingin dan hibernasi dapat diartikan sebagai malas-malasan sambil tiduran.
G. Metonimia
Ada juga yang disebut dengan metonimia, yaitu gaya bahasa perbandingan yang merujuk pada hal-hal yang bersifat umum.
Contoh majas metonimia: Partinah biasa berbelanja pampers untuk kebutuhan anak selama dua minggu.
Kata pempers adalah merek popok bayi yang umum digunakan oleh mereka yang punya bayi.
H. Sinekdok
Sinekdok adalah gaya bahasa yang juga sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ada dua bentuk gaya bahasa sinekdoke, yaitu sinekdoke pars pro toto dan sinekdoke totem pro parte. Untuk pembahasan terkait majas ini, bisa ulas lebih luas lagi pada artikel berjudul “Majas Sinekdoke Pars Pro Toto dan Totem Pro Parte“.
Itulah beberapa gaya bahasa yang termasuk dalam maja perbandingan. Sebenarnya masih ada lagi gaya bahasa lain yang belum disebutkan di atas.
2. Gaya Bahasa Pertentangan
Tidak hanya ada majas perbandingan saja. ada juga yang disebut dengan majas pertentangan. Sesuai dengan namanya, majas ini sering digunakan untuk menunjukan pertentangan di dalam sebuah kalimat. Di dalam majas pertentangan itu sendiri terdapat beberapa gaya bahasa yaitu paradox, antithesis dan litotes.
A. Paradoks
Gaya bahasa paradoks adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menunjukan perlawanan atau pertentangan kalimat atau pernyataan daripada umumnya. Secara spesifik, paradoks ini digunakan untuk menyatakan sesuatu/tema/topik secara berlawanan dengan pendapat umumnya orang. Namun pernyataan tersebut ternyata mengandung sebuah kebenaran. Jadi pernyataan yang disampaikan secara umum memiliki makna secara kontradiksi (kebalikan) dari yang disampaikan.
Contoh majas paradoks: Gus Dur Buta, Tetapi dapat melihat kesengsaraan rakyat dan mampu melihat kebenaran yang tidak dapat dilihat oleh orang pada umumnya.
B. Antitesis
Antitesis adalah gaya bahasa pertentangan yang termasuk ke dalam bahasa kiasan, yang penuh dengan pertentangan terhadap dua hal yang berbeda.
Contoh majas antitesis: Masyarakat sudah tidak peduli lagi dengan tinggi rendah angka kematian akibat covid-19.
C. Litotes
Gaya bahasa litotes adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menunjukan bahwa kata atau ungkapan tersebut mengalami penurunan kualitas. Dalam bahasa sederhana nya, ungkapan tersebut memiliki makna untuk merendahkan diri.
Contoh majas litotes: Meskipun gubuk kami terbuat dari bata lapuk, semoga anda betah menikmati suasana pedesaan di sini.
Itulah tiga gaya bahasa pertentangan yang paling sering digunakan dalam karya sastra. Dari penjelasan di atas, sebenarnya kamu pun juga sering menggunakan salah satu atau bahkan mungkin semua gaya bahasa di atas bukan?
3. Gaya Bahasa Sindiran
Siapa nih diantara kamu yang suka menyindir seseorang? Ternyata sindiran yang kita lontarkan pada seseorang termasuk ke dalam gaya bahasa yang acap kali kita temukan dalam karya sastra. Gaya bahasa sindiran itu sendiri pun memiliki beberapa jenis, diantaranya sarkasme, sinime dan ironi.
A. Sarkasme
Sarkasme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata pedas dan frontal untuk menyinggung, mencemooh, dan untuk menyakiti orang lain. Tujuannya digunakan untuk menyindir seseorang atau menyindir sesuatu secara keras.
Contoh majas sarkasme: Dasar bodoh! Semudah ini saja kamu tidak bisa melakukannya.
B. Sinisme
Selain sarkasme, ada juga gaya bahasa sinisme. Gaya bahasa sinisme adalah pemilihan bahasa untuk mengejek, baik untuk mengejek secara langsung ataupun tidak langsung. gaya bahasa ini juga sering digunakan untuk memandang rendah orang lain.
Contoh majas sinisme: Aku sudah muak dengan perlakuan burukmu selama ini.
C. Ironi
Sedikit berbeda dengan gaya bahasa ironi. Ironi adalah pemilihan gaya bahasa yang juga digunakan untuk menyindir sesuatu. Hanya saja pada gaya bahasa ironi ini menyembunyikan data dan fakta yang sebenarnya terjadi, kemudian melemparkan sindiran menggunakan makna yang sebaliknya.
Contoh majas Ironi: Kamu jangan terlalu percaya diri menyanyi di depan orang banyak, karena suaramu merdu sekali seperti guntur.
D. Innuendo
Kamu pasti asing dengan gaya bahasa Innuendo, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk mengecilkan maksud dari fakta yang sebenarnya terjadi.
Contoh majas Innuendo: Sudah rahasia umum jika Maryati selalu rangking satu karena kepandaian dalam menyontek.
Dari beberapa macam jenis gaya bahasa sindiran di atas. SIndiran jenis manakah yang paling sering kamu gunakan? Kamu bisa tuliskan pengalaman kamu di kolom komentar ya.
4. Gaya Bahasa Penegasan
Dalam beberapa kali kesempatan, kita pasti menemukan beberapa penegasan kepada orang lain bukan? Ternyata upaya kita ingin membuat penegasan termasuk ke dalam gaya bahasa. Gaya bahasa penegasan itu sendiri terdiri dari banyak bentuk, yang terdiri dari repetisi, klimaks, retorik, dan antiklimaks,
A. Repetisi
Repetisi adalah majas penegasan yang menggambarkan pengulangan kata yang bertujuan untuk menarik perhatian. Repetisi juga sering digunakan untuk menegaskan sesuatu. Jadi yang ingin ditegakkan, itulah yang di perlu diberi tambahanan penekanan.
Contoh majas repetisi: Cinta adalah anugrah. Cinta adalah kesetiaan. Cinta adalah sehidup semati. Cinta adalah pengorbanan. Cinta adalah melindungi. Cinta hadir tidak membebani orang yang dicintainya. Cinta datang tanpa syarat dan tanpa memandang rupa.
B. Klimaks
Klimaks adalah gaya bahasa yang sudah mengalami peningkatan makna paling tinggi. Gaya bahasa satu ini sering digunakan untuk menyampaikan sesuatu urutan dari urutan paling rendah sampai urutan paling Tertinggi. Secara teknis penulisan, umumnya ditulis dengan memberikan tanda koma sebagai pembatas.
Contoh majas klimaks: Upaya peringatan ulang tahun sekolah tahun 2021 di hadiri murit, wali murid, guru hingga kepala sekolah.
Dari contoh di atas menunjukan terdapat hirarki atau urutan peserta paling kecil (siswa) dan hierarki paling tinggi (kepala Sekolah).
C. Retorik
Berbeda dengan gaya bahasa retorik. Retorik merupakan gaya bahasa yang melontarkan sebuah pertanyaan, namun pertanyaan tersebut tidak memerlukan jawaban. Karena semua orang tahu jawaban yang benar. Dengan kata lain, gaya bahasa retorik secara tidak langsung sebagai bentuk sindiran secara tidak langsung.
Contoh majas retorik: Untuk apa kamu bertanya panjang lebar. Apa menurutmu korban tersebut akan sembuh jika kita hanya sibuk melontarkan pertanyaan saja, tanpa menolongnya?
D. Antiklimaks
Kebalikan dari gaya bahasa klimaks. Jadi antiklimaks adalah gaya bahasa yang mengalami kemunduran paling rendah, sampai tidak ada maknanya, sampai amat mengecewakan. Gaya bahasa ini sering juga digunakan sebagai maja penegasan dan majas sindiran loh.
Contoh majas antiklimaks: Status Gunung teraktif di Dunia, yaitu gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta berada di status awas, siaga, waspada dan semoga segera kembali ke status normal, agar masyarakat dapat beraktivitas normal tanpa dihantui rasa cemas.
E. Aliterasi
Gaya bahasa aliterasi disebut juga dengan preterisio, yaitu majas yang digunakan untuk menegaskan suatu hal dengan cara mengulang konsonan bagian awal secara berurutan.
Contoh majas aliterasi: Lebarkanlah senyumanmu, lihat betapa manisnya lesung pipimu.
F. Ellipsis
Elipsis adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan beberapa unsur kalimat yang dibuat dalam pola kalimat lengkap.
Contoh majas ellipsis: paman ke atas untuk memperbaiki genting bocor.
G. Interupsi
Majas interupsi adalah majas yang berbentuk ungkapan berupa penyisihan. Dimana majas ini sering juga digunakan sebagai keterangan untuk unsur kalimat.
Contoh majas interupsi: Ardi, manager divisi periklanan yang dimutasi dari kota Malang, orangnya masih muda, ganteng dan lajang.
H. Silepsis
Gaya bahasa silepsis adalah majas yang digunakan untuk menegaskan dengan sesuatu hal dengan cara menggunakan satu kalimat atau lebih yang memiliki makna sesuai dengan fungsi atau lebih konstruksi sintaksis.
Contoh majas silepsis: Nanik selalu membersihkan tangan dan kaki sebelum tidur malam hari.
H. Kolokasi
Kolokasi termasuk majas asosiasi yang dibuat dalam satu kata yang saling bersisian dalam satu kalimat.
Contoh majas kolokasi: Kebodohan, aku terlalu mudah percaya pada orang lain lewat sikap yang terlalu baik. Padahal aslinya orang tersebut tidaklah baik.
Beberapa macam gaya bahasa penegasan di atas, kita sering sekali menggunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun banyak di antara kita yang tidak pernah tahu apa nama penegasan-penegasan tersebut.
Saat membicarakan tentang gaya bahasa, ternyata ada banyak sekali macam dan klasifikasinya. Dimana gaya bahasa yang disebutkan di atas hanya sebagian kecilnya saja. masih ada banyak jenis gaya bahasa lain. Semoga sedikit ulasan tentang gaya bahasa dari Bukunesia ini memberikan gambaran dan wawasan baru.
Mau gak sih punya buku sendiri dan karya sendiri yang diterbitakan dan laku dijual apalagi untuk menginspirasi orang lain melalui karya? Ada ebook khusus nih khusus untuk kamu yang mau punya karya sendiri dalam bentuk buku di Donwload Ebook Menulis Buku 4 Pekan. Jika menerbitkan buku, cek penawarannya di menerbitkan buku.
Penulis: Irukawa Elisa