Perbedaan Pantun, Syair dan Gurindam

Perbedaan Pantun Syair dan Gurindam

Pernah merasa bingung dengan perbedaan pantun, syair, dan gurindam? Ketiganya ternyata sama-sama masuk ke dalam kategori puisi lama. Berbeda dengan puisi modern yang lebih fleksibel dan leluasa. Pada puisi lama ada banyak aturan yang mengikatnya. 

Aturan ini bisa berhubungan dengan rima, jumlah baris, isi dari puisi tersebut, dan lain sebagainya. Puisi lama kemudian punya ciri khas yang tidak akan ditemukan pada puisi modern. Begitu juga sebaliknya. 

Pada puisi modern, akan ditemukan beberapa jenis. Seperti pantun, gurindam, syair, seloka, talibun, dan lain sebagainya. Masing-masing jenis puisi lama ini juga punya ciri khas yang membedakannya antara satu dengan yang lainnya. 

Jadi, apa yang menjadi perbedaan pantun, syair, dan gurindam? Supaya lebih paham apa saja yang membedakan ketiganya maka bisa menyimak uraian berikut ini. 

Pengertian Pantun

Pantun merupakan karya sastra dari jenis puisi lama yang terikat oleh baris, rima, dan jumlah suku kata. Secara umum pantun terdiri dari 4 baris, dimana 2 pertama disebut sampiran dan baris sisanya merupakan isi pantun tersebut. 

Tak hanya memiliki baris yang terbatas oleh aturan, pantun juga diwajibkan terikat oleh rima atau ketukan akhir pada setiap baris. Kebanyakan pantun memiliki rima ab-ab, kemudian aa-bb, aa-aa, ada juga yang rimanya ab-ba sehingga dibalik. Contohnya seperti berikut: 

Ikan hiu makan tomat (a)

EBOOK SPESIAL UNTUK PENULIS FEBRUARI

Tomat matang dari pohon (b)

Jika kamu mau tobat (a)

Pada tuhan kamu memohon (b)

Contoh di atas adalah pantun 4 baris yang memiliki rima ab-ab. Sementara jika dilihat dari jumlah suku kata memang satu baris hanya terdiri dari 4 suku kata. Namun bisa lebih sedikit untuk mendapatkan pola rima yang sesuai. 

Pantun mulai tumbuh dan berkembang di masa Melayu dan dulunya dibuat secara lisan. Pada masa dulu, pantun diucapkan untuk hiburan dan digunakan masyarakat dalam bercakap-cakap atau melakukan obrolan. Yakni  dengan saling berbalas pantun. 

Pantun kemudian memiliki banyak sekali fungsi, yang kemudian membuatnya tetap ada sampai sekarang. Fungsi tersebut antara lain: 

  • Menjadi alat untuk memelihara suatu bahasa. 
  • Mengajak orang untuk berpikir dulu sebelum berbicara, sebab dalam prosesnya. Pantun perlu diucapkan dengan memikirkan aturan baris, rima, dan seterusnya. Sekaligus harus memiliki isi, seperti nasehat yang berharga. 
  • Melatih kejelian dalam memilih kosakata, sebab dalam pantun kosakata yang satu dengan yang lainnya perlu dipilih yang memiliki hubungan. 
  • Media untuk menjaga budaya, sebab saling mengobrol memakai pantun sudah lama ditinggalkan. Pantun kemudian hanya digunakan sesekali saja dalam tulisan.

Baca juga: Jenis Jenis Pantun

Ciri-Ciri Pantun

Pantun kemudian memiliki sejumlah ciri yang membuatnya unik dan berbeda dengan puisi lama lainnya. Ciri-ciri umumnya antara lain: 

  1. Satu bait pantun terdiri dari 4 baris atau disebut juga dengan istilah 4 larik. 
  2. Tiap larik kemudian berisi antara 8-12 suku kata saja. 
  3. Pantun memiliki sampiran dan isi, pada pantun 4 baris maka 2 baris pertama adalah sampiran dan 2 baris berikutnya adalah isi. 
  4. Memiliki pola rima silang, yakni rima ab-ab meskipun ada juga yang memakai pola rima lainnya. Namun pola ab-ab ini yang paling umum digunakan. 
  5. Pantun selesai dalam satu bait yang terdiri dari 4 larik tadi, sehingga tidak sepanjang puisi yang sampai beberapa bait. 
  6. Isinya mengandung ungkapan perasaan dan beberapa juga dibuat mengandung nasehat.

Contoh Pantun: Contoh Pantun Karmina

Pengertian Syair

Jika ingin mengetahui perbedaan pantun, syair, dan gurindam maka selain memahami pengertian pantun. Juga wajib memahami pengertian dari syair, syair sebagaimana yang dijelaskan di awal juga termasuk ke dalam jenis puisi lama. 

Syair menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat baris dan mempunyai akhir bunyi yang sama. Syair kemudian dikenal sebagai puisi lama yang berasal dari Arab. 

Secara etimologi atau asal kata, kata syair berasal dari bahasa Arab yakni dari kata syu’ur yang berkembang menjadi syi’ru yang artinya “puisi”. Dulunya, syair berisi kisah seperti mitos, sejarah, dan juga ajaran agama. 

Syair kemudian semakin dikenal luas, dan masuk ke kawasan Asia Tenggara. Pada awal masuk ke kawasan ini dilakukan sejumlah modifikasi untuk membuat isinya khas dan mudah dipahami oleh masyarakat Melayu. Termasuk Indonesia. 

Adalah Hamzah Fansuri yang dikenal sebagai tokoh sastra di masyarakat Melayu yang berjasa dalam melakukan pembuatan syair khas Melayu. Inilah yang kemudian syair dikenal masyarakat Indonesia dan sejumlah negara lain di Asia Tenggara sampai sekarang.  

Ciri-Ciri Syair

Sebagaimana dengan pantun, syair juga memiliki beberapa ciri khas yang membuatnya unik. Berikut detail ciri-ciri umum yang dimiliki syair: 

  1. Satu bait terdiri dari 4 baris atau 4 larik. 
  2. Memiliki sajak aa-aa, sehingga ada persamaan bunyi di setiap akhir kata pada setiap lariknya. 
  3. Isi dari syair membentuk rangkaian cerita. 
  4. Setiap baris atau larik pada syair akan berhubungan dengan baris sebelumnya. 
  5. Setiap baris terdiri dari 4,8, dan 12 suku kata. 

Pengertian Gurindam

Berikutnya adalah pengertian gurindam yang menjadi dasar untuk mengetahui detail perbedaan pantun, syair, dan gurindam. Menurut KBBI, gurindam adalah sajak dua baris yang mengandung petuah atau nasihat, misalnya baik-baik memilih kawan, salah-salah bisa jadi lawan. 

Secara umum, gurindam juga bisa dipahami sebagai salah satu jenis puisi Melayu lama yang terdiri atas dua baris dalam satu bait. Baris yang pertama umumnya menyampaikan sebuah perbuatan dan baris kedua merupakan akibat dari perbuatan tersebut. 

Gurindam kemudian diketahui berasal dari India dan dikenal sebagai sajak dua baris seuntai. Sebab memang hanya memiliki dua baris dan kemudian ada nasehat yang mendalam di dalamnya. 

Ciri khasnya yang terdiri dari dua baris membuatnya sering disebut sebagai karmina atau pantun kilat, padahal bukan. Pada pantun, baris pertama dan kedua tidak memiliki hubungan karena baris pertama adalah sampiran. 

Sementara pada gurindam, baris pertama adalah penyebab dan baris kedua adalah akibatnya. Sehingga memiliki hubungan yang terkait dan sangat kuat, meskipun begitu tetap terikat oleh rima. Dimana gurindam umumnya memiliki pola rima a-a. 

Ciri-Ciri Gurindam

Gurindam juga memiliki beberapa ciri yang membuatnya berbeda dengan puisi lama jenis lainnya. Ciri-ciri tersebut adalah: 

  1. Gurindam terdiri dari dua baris. 
  2. Baris pertama biasanya berkaitan dengan soal, masalah, atau perjanjian. 
  3. Baris kedua adalah efek atau akibat dari baris pertama sehingga isinya menjelaskan akibat dari soal, masalah, atau perjanjian yang disampaikan di baris pertama. 
  4. Jumlah suku kata pada gurindam tidak tetap, namun secara umum terdiri dari 8-12 suku kata. 
  5. Gurindam selalu berisi tentang nasehat atau wejangan tentang kehidupan. 

Berikut adalah contoh dari gurindam: 

Kurang pikir kurang siasat 

Tentu dirimu kelak akan tersesat 

Perbedaan Pantun, Syair, dan Gurindam 

Setelah memahami satu per satu pengertian dari pantun, syair, maupun gurindam. Maka selanjutnya akan membahas mengenai perbedaan pantun, syair, dan gurindam tersebut. Terdapat setidaknya 5 hal yang menjadi pembeda dari ketiganya. Berikut penjelasannya: 

1. Jumlah Baris 

Perbedaan yang pertama adalah terletak dari jumlah baris, dimana antara pantun, syair, maupun gurindam sedikit berbeda. Khusus untuk pantun dan syair dilihat dari segi jumlah baris memang tidak berbeda. Yakni sama-sama memiliki 4 baris. 

Namun, struktur pada baris keduanya berbeda yang nanti akan dijelaskan di poin berikutnya. Begitu juga dengan pola rima pada setiap baris di setiap baitnya. Sementara jumlah baris pada gurindam adalah 2 baris. 

Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, jumlah baris pada gurindam inilah yang membuatnya sering disamakan dengan karmina. Meskipun begitu gurindam bukan karmina karena isi dan strukturnya berbeda. 

2. Jumlah Kata 

Perbedaan yang kedua adalah dari segi jumlah kata. Jadi, pada pantun jumlah kata di dalam satu baris antara 4-12 suku kata. Sementara pada syair antara 8-12 suku kata, pada gurindam antara 8-10-12 suku kata. 

Pada beberapa sumber menjelaskan, bahwa gurindam bisa sampai 14 suku kata meskipun jarang. Sehingga gurindam yang jumlah barisnya lebih sedikit kemudian bisa dibuat lebih panjang. 

Tujuannya tentu saja agar isi di dalam gurindam bisa tersampaikan dengan baik. Sehingga siapa yang mendengarkan penyampaian gurindam bisa mendapatkan pesan yang bermanfaat untuk kehidupan. 

3. Struktur 

Perbedaan pantun, syair, dan gurindam berikutnya adalah dilihat dari strukturnya. Pada pantun, yang terdiri dari 4 baris terdapat 2 baris pertama sebagai sampiran yang fungsinya sebagai hiasan saja. 

Kemudian baris ketiga dan keempat merupakan isi. Jadi, pembuat pantun akan menyampaikan suatu hal lewat baris ketiga dan keempat ini. Sementara pada syair, semua baris dalam baitnya adalah isi. 

Jadi, di dalam syair ini tidak terdapat kiasan karena semuanya merupakan isi. Pada baris pertama akan berhubungan dengan baris kedua, begitu seterusnya. Setiap barisnya kemudian membentuk suatu cerita. 

Inilah yang kemudian membuat syair pada masa dulu digunakan untuk menceritakan mitos dan juga ajaran agama. Sebab tidak menggunakan sampiran atau baris yang fungsinya hanya hiasan. Sehingga isinya bisa lebih panjang penjabarannya. 

Sedangkan struktur pada gurindam adalah membentuk sebab akibat. Pada baris pertama merupakan sebab yang menyebutkan tentang sebuah masalah, perbuatan, perjanjian, dan sejenisnya. 

Kemudian pada baris kedua adalah akibat dari apa yang disampaikan di baris pertama. Sehingga baris kedua dan ketiga tidak dapat dipisahkan dan membentuk satu rangkaian kalimat dengan satu makna. 

4. Rima 

Perbedaan yang keempat terletak pada rima, atau pola rima secara umum. Pada pantun rima yang dimiliki memang fleksibel namun kebanyakan memakai rima ab-ab. Sementara pola rima pada syair dan gurindam berbeda dan lebih khas. 

Pada syair, rima yang dimiliki adalah aa-aa atau a-a-a-a. Sedangkan pada gurindam yang terdiri dari dua baris saja memiliki pola rima a-a, b-b, c-c, dan seterusnya. Sehingga syair dan gurindam memiliki persamaan bunyi di setiap akhir baris. 

5. Kandungan Isi 

Jika dilihat dari kandungan isi, maka juga akan ditemukan perbedaan pantun, syair, dan gurindam. Pada pantun, isinya berupa nasehat dan juga teguran secara tidak langsung yang kemudian dikemas dengan sentuhan humor (lucu). 

Sementara pada syair, isinya berupa nasehat dan filosofi hidup yang dirangkai menjadi kata mutiara. Terakhir, pada gurindam isinya adalah nilai-nilai kehidupan dan juga nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat. 

Melalui penjelasan di atas maka bisa dengan mudah menemukan perbedaan pantun, syair, dan gurindam. Meskipun sama-sama puisi lama dan memiliki jumlah baris yang tidak berbeda jauh. Ternyata ketiganya berbeda dan tentu wajib dipahami agar tidak salah kaprah.

Baca juga artikel penting dari penerbit buku novel Bukunesia

MAU PANDUAN MENULIS BUKU FIKSI GRATIS?

Dapatkan secara gratis, ebook panduan menulis buku novel, buku biografi, buku fiksi dan non fiksi beserta dengan tipsnya di sini.

Panduan Menulis
EBOOK GRATIS
Artrikel Terkait