Kritik memiliki maksud dan tujuan yang baik bagi hal yang dikritik. Misalnya agar sesuatu yang dikritik tersebut bisa berubah menjadi lebih baik. Salah satu adalah kritik yang ditujukan pada karya sastra, atau yang sering disebut sebagai kritik sastra. Lalu bagaimana contoh kritik sastra yang bagus?
Kritik sastra merupakan salah satu cabang dari ilmu sastra. Tujuan dari kritik sastra adalah untuk menilai, memberikan kritik, memberikan keputusan, bahkan menghakimi sebuah karya sastra. Kritik sastra ini diberikan untuk karya sastra yang diterbitkan secara cetak maupun secara digital.
Secara singkat, kritik sastra bertujuan untuk meningkatkan kualitas, memperindah, serta menyempurnakan karya sastra. Inilah sebabnya, kritik sastra penting diberikan untuk sebuah karya sastra. Selain itu, seseorang juga tidak bisa sembarangan memberikan kritik sastra, karena hanya kritikus sastra dengan pengalaman, kemampuan, pengetahuan, serta ilmu yang tepat mengenai karya sastralah yang bisa memberikan kritik sastra tersebut.
Bagaimana kritik sastra itu dapat diberikan, apa tujuan, manfaat, hingga fungsinya bagi karya sastra? Simak penjelasannya berikut ini.
Daftar Isi Artikel
Apa Itu Kritik Sastra?
Kritik sastra berasal dari dua kata, yaitu kritik dan sastra. Sedangkan ‘kritik’ berasal dari bahasa Yunani, yang berarti hakim. Pada perkembangannya, kemudian muncul kata kritikos, yang berarti hakim karya sastra.
Dari pengertian ini, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa kritik sastra adalah salah satu cabang dalam ilmu sastra yang berfokus pada penilaian, pemberian kritik, pemberian keputusan, hingga penghakiman terhadap karya sastra.
Kritik Sastra Menurut Ahli
Ada berbagai paham mengenai kritik sastra, yang sudah dituturkan oleh para ahli. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kritik sastra merupakan pertimbangan baik buruk terhadap hasil karya sastra. Berikut ini adalah pengertian kritik sastra menurut ahli:
1. Abrams
Menurut Abrams, kritik sastra adalah cabang ilmu yang berkaitan dengan perumusan, klasifikasi, penerangan, serta penilaian karya sastra.
2. Graham Hough
Kritik sastra menurut Graham Hough tidak hanya terbatas pada penyuntingan dan penetapan teks, interpretasi, serta pertimbangan nilai karya sastra saja. Namun kritik sastra juga meliputi masalah yang lebih luas. Misalnya seperti mengenai apa kesusastraan itu, fungsinya, serta hubungannya dengan masalah kemanusiaan.
3. H.B. Jassin
Menurut H.B. Jassin, kritik sastra merupakan pertimbangan baik atau buruknya hasil kesusastraan. Maksud dari pertimbangan ini adalah bahwa sebuah kritik sastra harus juga disertai dengan alasan dan terdapat isi dan berbagai bentuk pada karya sastra.
4. Widyamartaya dan Sudiati
Sedangkan menurut Widyamartaya dan Sudiati, kritik sastra adalah proses pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat mengenai sebuah karya sastra, pertimbangan yang adil pada baik buruknya kualitas karya sastra, nilai, dann kebenaran akan suatu karya sastra.
5. Rene Wellek dan Austin Warren
Terakhir, kritik sastra menurut Rene Wellek dan Austin Warren adalah salah satu objek studi sastra yang merupakan bagian dari cabang ilmu sastra, yang berfokus pada analisis, penafsiran, serta penilaian pada karya sastra.
Sejarah Kritik Sastra
Asal-usul kata kritik sastra ini berkaitan dengan sejarah kritik sastra itu sendiri. Sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa kritik sastra berasal dari kata ‘kritik’ pada bahasa Yunani, yang artinya hakim. Sejarah kritik sastra bermula dari Yunani sekitar tahun 500 SM.
Sejak tahun 500 SM, sejarah kritik sastra terus berkembang. Berikut ini adalah sejarah perkembangan kritik sastra yang dimulai sejak 500 SM hingga pada abad ke-19.
Masa 500 SM
Kegiatan kritik sastra pertama kali muncul pada masa Xenophanes dan Heraclitus. Pada masa itu, mereka mengecam seorang penyair bernama Homerus, yang sering bercerita tentang hal-hal tidak senonoh mengenai para dewi. Kisah tidak senonoh yang diceritakan oleh Homerus ini kemudian mengawali pemikiran Plato mengenai pertentangan purba mengenai puisi dan filsafat.
Masa 387 SM
Plato mendirikan sekolah tinggi bernama Akademi, di mana Plato mulai mengajarkan dan mengembangkan mengenai kritik sastra. Plato juga menulis buku yang berjudul Republik, yang membahas mengenai pandangan pembaca tentang karya sastra puisi. Ketika membahas mengenai kritik sastra, pandangan Plato berhubungan dengan konsep mengenai ilmu mimetik atau tiruan, yaitu agar karya sastra berisi berbagai ajaran moral.
Mas 500-an Masehi
Penggunaan kata kritik di Eropa pada abad pertengahan tidak terlalu sering digunakan. Bahkan pada masa itu, istilah kritik biasanya hanya muncul di dunia kedokteran, yang mengarah pada keadaan penyakit yang kritis atau sangat membahayakan bagi mereka yang menderita.
Masa 1500-an
Pada tahun 1500-an, pengertian dari kata kritik kembali ke pengertian lama. Tokoh penting pada kritik sastra di masa ini adalah Poliziano, yaitu tokoh pada masa Renaissance. Istilah criticus dan gramamtikos kemudian digunakan sebagai istilah untuk orang-orang yang menekuni pustaka sastra lama.
Sekitar tahun 1600-an, istilah kritik kemudian diartikan sebagai pembetulan, edisi, pernyataan pengarang, sensor, maupun penghakiman.
Masa 1700-an
Di tahun 1700-an, cakupan penggunaan kata kritik sastra makin meluas. Selain itu, teori dan praktik kritik sastra ini sudah mulai dijalankan di Amerika dan Eropa, yang menggantikan penggunaan kata poetica.
Masa Abad 19
Mulai sekitar abad ke-19, ada berbagai istilah mengenai kritik sastra. Contohnya adalah penggunaan kata kritik yang berfokus pada pembicaraan mengenai pengarang tertentu, sedangkan kata criticism mengarah pada teori kritik itu sendiri.
Perkembangan kritik sastra ini kemudian mulai didasari atas pembuktian data-data historis yang berdasarkan argumen dan keyakinan dari berbagai kritikus sastra. Di Indonesia, perkembangan kritik sastra ini dimulai dari munculnya kritik sastra, yaitu sebelum tahun 1950-an.
Sekitar tahun 1950-an, kritik sastra akademis dimulai dari para kritikus sastra yang kompeten secara ilmiah di Universitas Indonesia dan tahun 1960-an mulai bermunculan arus kritik baru. Berbagai arus kritik baru ini bermula dari para seniman dan pengarang.
Jenis-Jenis Kritik Sastra
Kritik sastra terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
1. Kritik Mimetik
Jenis kritik sastra mimetik ini memandang bahwa karya sastra merupakan tiruan dari berbagai aspek alam. Ini artinya, karya sastra tersebut dianggap sebagai cerminan maupun penggambaran dunia nyata. Hasilnya, ukuran dari karya sastra yang digunakan adalah sejauh mana karya sastra bisa menggambarkan objek yang sebenarnya.
2. Kritik Pragmatik
Berbeda dengan kritik mimetic, kritik pragmatik ini memandang bahwa sebuah karya sastra merupakan alat yang digunakan untuk bisa mencapai sebuah tujuan. Sebuah karya sastra pada umumnya memiliki tujuan yang bersifat edukatif, estetis, atau bisa juga politis. Kritik pragmatik inilah yang nantinya berfungsi untuk menilai apakah karya sastra tersebut berhasil mencapai tujuan yang dimaksud.
3. Kritik Ekspresif
Pada jenis kritik ekspresif, maka fokusnya adalah pada diri penulis karya sastra itu. Dalam kritik ekspresif, diyakini bahwa seorang penulis adalah unsur pokok yang bisa melahirkan berbagai pikiran, persepsi, hingga perasaan yang dapat dituliskan menjadi sebuah karya sastra.
Dengan menggunakan kritik jenis ini, biasanya kritikus sastra akan mencari fakta tentang bagaimana penulis membuka dirinya lewat karya sastra yang dihasilkannya.
4. Kritik Objektif
Jenis kritik sastra yang terakhir ini memandang bahwa sebuah karya sastra adalah hal yang bebas dari lingkungan sekitarnya, baik itu dari penyair, pembaca, maupun dari dunia yang ada di sekelilingnya. Selain itu, kritik objektif juga meyakini bahwa karya sastra adalah sebuah keseluruhan, yang disusun dengan bagian yang saling berkaitan erat antara unsur-unsur pembentuknya.
Tujuan Kritik Sastra
Kritik sastra yang ditujukan bagi sebuah karya sastra memiliki berbagai tujuan. Ada lima tujuan yang bisa didapatkan dari kritik sastra, yaitu:
1. Memperbaiki Karya Sastra
Tujuan utama dari pemberian kritik adalah agar sesuatu yang dikritik bisa melakukan perbaikan menjadi lebih baik. Hal ini jugalah yang menjadi tujuan dari kritik sastra bagi sebuah karya sastra.
Kritik sastra yang diberikan oleh kritikus sastra ini diharapkan bisa memperbaiki karya sastra yang dihasilkan. Mulai dari penulisan, isi, maupun tujuan dari karya sastra itu.
2. Memberikan Penilaian
Kritik sastra juga bertujuan untuk memberikan penilaian kepada karya sastra. Penilaian yang diberikan ini sifatnya haruslah objektif, ilmiah, serta terstruktur. Maksud dari objektif adalah bahwa penilaian yang diberikan adalah berdasarkan dari bagaimana karya sastra tersebut disusun. Ilmiah berarti penilaiannya berkaitan dengan keilmuan, sedangkan terstruktur maksudnya adalah penilaian diberikan sesuai dengan struktur atau pedoman karya sastra.
3. Akademis
Kritik sastra memiliki tujuan akademis, yang berguna bagi kritikus sastra. Untuk menjadi seorang kritikus sastra, maka diperlukan ilmu yang tepat. Ini artinya, kritik sastra dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan gelar akademis bagi calon kritikus sastra.
4. Pengembangan Bidang Sastra
Tujuan dari kritik sastra juga adalah untuk membantu pengembangan dalam bidang sastra. Kritik sastra yang diberikan bagi sebuah karya sastra nantinya dapat membantu untuk meningkatkan kualitas karya sastra yang dibuat selanjutnya.
5. Tujuan Komersil
Kritik sastra yang dilakukan oleh kritikus sastra juga memiliki tujuan pada hal komersil. Kritikus sastra yang melakukan kritik sastra akan mendapatkan penghasilan dari hasil kritik sastranya pada sebuah karya sastra.
Manfaat Kritik Sastra
Kritik sastra tidak hanya akan berpengaruh pada karya sastra, namun juga memberikan manfaat bagi penulis dan perkembangan sastra berikutnya. Berbagai manfaat kritik sastra yaitu:
1. Manfaat Kritik Sastra untuk Penulis
Ada beberapa manfata kritik sastra bagi penulis.
- Dapat membantu memperluas wawasan penulis. Wawasan ini misalnya berkaitan dengan bahasa, objek, tema tulisan, maupun teknik dalam bidang sastra.
- Akan memotivasi penulis untuk menulis karya sastra lainnya.
- Membuat kualitas tulisan menjadi meningkat.
2. Manfaat Kritik Sastra untuk Pembaca
Ada beberapa manfata kritik sastra bagi pembaca sastra.
- Menjadi jembatan antara pembaca dengan karya sastra, agar tidak ada kesenjangan.
- Menumbuhkan kecintaan pembaca pada karya sastra.
- Membantu pembaca untuk meningkatkan tingkat apresiasi terhadap karya sastra.
- Membantu pembaca untuk membuka pikiran pada nilai-nilai yang ada di dalam karya sastra.
3. Manfaat Kritik Sastra untuk Perkembangan Sastra
Ada beberapa manfata kritik sastra untuk perkembangan sastra di masa depan.
- Meningkatkan kualitas karya sastra yang dibuat berikutnya.
- Mendorong adanya laju perkembangan dalam dunia sastra.
- Memperluas permasalahan yang ada di dalam karya sastra.
Fungsi Kritik Sastra
Kritik sastra tidak hanya berfungsi untuk memberikan penilaian pada karya sastra, namun ada tiga fungsi lain dari kritik sastra, yaitu:
1. Pengembangan Ilmu Sastra
Fungsi pertama dari kritik sastra adalah membantu pengembangan ilmu sastra. Kritik sastra adalah salah satu cabang dari ilmu sastra, maka dengan adanya kritik sastra, bisa membantu untuk mengembangkan ilmu sastra menjadi lebih baik. Ilmu sastra yang dimaksud terutama adalah teori dan sejarah sastra.
2. Pengembangan Karya Sastra
Kritik sastra tidak hanya berfungsi untuk pengembangan dalam ilmu sastra saja, namun juga berfungsi untuk pengembangan karya sastra itu sendiri. Penilaian yang diberikan untuk suatu karya sastra akan membantu karya sastra tersebut untuk berkembang menjadi lebih baik dari berbagai sisi.
3. Edukasi Bagi Masyarakat
Kritik sastra yang dipublikasikan secara umum akan membantu masyarakat untuk memberikan masukan untuk sebuah karya sastra. Dengan adanya kritik sastra, maka akan membantu pembaca untuk bisa membuka pikiran pada nilai-nilai yang ada pada suatu karya sastra. Hal ini nantinya bisa digunakan oleh masyarakat untuk juga memberikan penilaian pada karya sastra yang dibacanya.
Contoh Kritik Sastra
Berikut ini adalah contoh kritik sastra pada puisi berjudul Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.
Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
(1989)
— Sapardi Djoko Damono
1. Rima
Dari puisi Hujan Bulan Juni, diketahui bahwa rima yang digunakan adalah jenis rima bebas. Hal ini dapat terlihat dari setiap akhir baris, yang tidak memiliki kesamaan suku kata terakhir.
Rima bebas ini tidak hanya digunakan pada bait pertama puisi saja, tapi pada seluruh bait pada puisi Hujan Bulan Juni.
2. Penggunaan Kata dan Pemilihan Diksi
Penulis menggunakan kata-kata yang sederhana dan merupakan kata-kata yang familiar digunakan sehari-hari. Sedangkan untuk pemilihan diksi, penulis memilih menggunakan diksi konotatif.
Penggunaan diksi jenis konotatif ini contohnya “Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu.” Bagian “dirahasiakannya rintik rindunya” bisa menggambarkan makna di mana pada bulan Juni tidak turun hujan.
3. Majas yang Digunakan
Contoh-contoh penggunaan majas dalam puisi tersebut:
Majas Personifikasi
- Dirahasiakannya rintik rindunya
- Dihapusnya jejak-jejak kakinya
- Dibiarkannya yang tak terucapkan
Nah, itulah beberapa penjelasan mengenai kritik sastra yang lengkap. Berikut beberapa artikel terkait.